Beberapa waktu lalu, seorang rekan guru di TPQ mengeluh anak-anak di kelasnya tidak bisa "diatur".
"Saya menyerah kalau begini terus, Pak Himam."
Berapa kali kita mendengar keluhan yang serupa? Guru-guru yang mengeluh anak didiknya bandel, nakal, hingga lambat dalam memahami materi pelajaran?
Bagi banyak guru, ada garis tipis antara menjangkau siswa dengan semangat pemahaman dan tidak mampu menjangkau siswa yang berjuang di setiap langkah.
Dalam menyampaikan pelajaran tentang Al Quran dan Islam, kesabaran Nabi Muhammad melampaui batas kesabaran manusia biasa. Nabi Muhammad bertemu dengan sejumlah besar penghinaan dan kebencian langsung saat mulai mengajarkan pesan Islam pada awal kenabiannya di Mekah.Â
Nabi Muhammad juga menemui permasalahan yang serupa, meskipun lebih sedikit, setelah menetap di Madinah.Â
Namun semua ini tidak sekali pun membuat Nabi Muhammad mengeluh atau membuat beliau mempertimbangkan untuk berhenti menyebarkan syiar agama Islam.
Begitu pula dengan sistem pembelajarannya, Nabi Muhammad dengan begitu sabarnya menjelaskan dan mengulang ayat-ayat Al Quran kepada semua sahabatnya, hingga yang beberapa sahabat yang tidak memiliki latar pendidikan yang baik bisa memahami.
Jujur saja, dengan berbagai karakter dan latar belakang siswa, saya juga tidak jarang mengeluh dan habis jatah kesabaran saya saat mengajari anak yang sangat lambat pemahamannya.Â
Namun, saya selalu berusaha untuk mengingat dan menanamkan dalam diri saya sendiri, bahwa lelah dan kesulitan yang saya alami saat ini insyaallah akan terbayar lunas kelak.Â
Selain itu, untuk anak-anak yang lambat memahami, saya selalu mencoba cara-cara mengajar yang baru, di luar cara mengajar yang biasa saya lakukan. Bagi saya, tidak ada anak yang lambat belajar, hanya mungkin cara saya mengajar mereka yang kurang tepat.