Ide, emosi, dan perasaannya harus ditanggapi dengan serius. Orang tua harus menunjukkan kepada anak bahwa apa yang mereka lakukan itu penting dan berbicara dengan mereka tentang kegiatan dan minat mereka
Cobalah untuk bertanya pada anak-anak, apa yang mereka lakukan selama di sekolah. Perhatikan bagaimana cara anak-anak mengekspresikan aktivitas yang mereka lakukan: senang, sedih, antusias atau bosan.
Sebelum memulai pembelajaran, saya selalu bertanya pada anak-anak yang masuk ke kelas: sudah makan pagi atau belum, sarapan pakai apa, siapa yang mengantarkan mereka dan pertanyaan-pertanyaan lain yang ringan seputar aktivitas sebelum berangkat ke sekolah.Â
Dan ternyata, anak-anak sangat senang menjawabnya. Mereka bahkan bisa menceritakan detil menu makan paginya, kemudian apa yang mereka lihat di jalan saat berangkat ke sekolah.
Mencintai anak-anak kita sepenuhnya
Anak adalah titipan dan amanah dari Allah. Memiliki anak artinya kita sudah dipercaya Allah untuk membesarkan anak-anak kita dengan sebaik-baiknya, dan mencintai mereka dengan sepenuh hati.
Mencintai anak kita sepenuhnya bukan berarti harus menuruti segala keinginan mereka. Melainkan menunjukkan kepada anak-anak dan memberitahu mereka bahwa kita mencintainya secara teratur.Â
Ini berarti kita harus lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak bila memungkinkan: bermain gim, berbicara, berbagi aktivitas favorit, jalan-jalan, berdoa dan membaca Al-Quran bersama. Daftarnya tidak ada habisnya.
Rasa cinta ini juga bisa kita tunjukkan melalui ungkapan-ungkapan afirmasi positif yang dapat membangun harga diri seperti "Terima kasih sudah membantu Ayah/Ibu", "Adik hebat lho!", "Bagus ya hasil mewarnainya!" dan lain sebagainya.
Terakhir, jangan lupa kontak fisik pada anak-anak juga merupakan bentuk ungkapan cinta dan kasih sayang yang tulus. Pelukan, ciuman, tepukan kecil di punggung, bahkan sekadar mengusap kepala saja bisa dirasakan anak-anak sebagai ungkapan cinta orangtua kepada mereka.
Mungkin terbawa oleh kebiasaan pada anak sendiri, saya suka mengusap kepala anak-anak setelah mereka salim (mencium tangan tanda hormat pada guru), sambil dalam hati berdoa memohon keberkahan untuk anak tersebut. Sekali waktu, usai saya usap kepalanya, seorang anak berkata,
"Mama papa di rumah belum pernah mengusap kepala saya seperti Pak Himam."