Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tantangan Membuat "Big Book" Cerita Kanak-Kanak

18 September 2021   07:46 Diperbarui: 20 September 2021   05:36 4105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tujuan Big Book dibuat seperti ini adalah untuk memudahkan anak-anak PAUD dan TK memahami cerita (Dokumentasi pribadi)

Suatu ketika, Theodor Seuss Geisel ditantang oleh Bennet Cerf untuk menulis cerita kanak-kanak. Bagi penulis seperti Seuss, tantangan ini cukup mudah. Agar tantangan ini semakin menarik, Cerf mengajukan syarat: buku cerita kanak-kanak itu hanya boleh menggunakan maksimal 50 kata yang berbeda.

"Ingat, tidak boleh ada kata yang sama. Terserah seberapa panjang cerita dalam buku itu, atau seberapa sering kata-katanya kamu ulangi. Yang penting buku cerita anak itu tak boleh lebih dari 50 kata dalam kosakatanya," kata Bennet Cerf.

Setelah berpikir sejenak, Seuss menerima tantangan tersebut. Beberapa waktu kemudian, Seuss berhasil menyelesaikan sebuah cerita kanak-kanak yang menghibur hanya dengan menggunakan 50 kata saja. Cerita itu kemudian diterbitkan dalam sebuah buku kecil berjudul Green Eggs and Ham.

Sejak itu, nama Dr. Seuss terkenal sebagai penulis spesialis cerita kanak-kanak. Selain Green Eggs and Ham, salah satu karya yang melambungkan namanya adalah buku The Cat in the Hat.

Tantangan Membuat Big Book Cerita Kanak-kanak

Kalau kita membaca buku-buku Dr. Seuss, kita bisa melihat salah satu ciri khasnya, yakni pilihan kata dan susunan kalimatnya sederhana dan seringkali ber-rima. Memang, seperti itulah seharusnya buku cerita kanak-kanak. 

Bagi penulis konten atau blogger yang terbiasa menulis artikel panjang, menulis cerita fiksi untuk anak-anak benar-benar sebuah tantangan yang sangat berat. Sebagaimana karya-karya Dr. Seuss, saat menulis cerita fiksi kanak-kanak, kita tidak bisa seenaknya menggunakan sembarang kata dan frasa. Pilihan katanya harus benar-benar sederhana dan merupakan kata-kata yang bisa dimengerti oleh anak-anak.

Itulah yang saya rasakan ketika mengikuti pelatihan pembuatan Big Book sebagai media pembelajaran anak TK dan usia dini (PAUD). Pelatihan yang diselenggarakan Pusat Kegiatan Guru (PKG) PAUD dan TK Kota Malang ini diharapkan bisa membantu guru-guru PAUD dan TK agar dapat membuat Big Book sendiri sebagai media pembelajaran untuk murid-murid di sekolah mereka.

Dongeng dan anak-anak memang tidak bisa dipisahkan. Agar anak-anak bisa belajar dalam suasana yang menyenangkan, banyak guru menggunakan Big Book yang berisi dongeng atau cerita kanak-kanak sebagai media pembelajaran. 

Ciri-ciri Big Book Cerita Kanak-kanak

Big Book adalah buku cerita kanak-kanak yang dicetak dalam ukuran besar. Sebagian besar isinya berupa gambar ilustrasi yang menarik. Sementara narasi ceritanya sangat sedikit.

Biasanya, cerita di dalam Big Book hanya terdiri dari 50-200 kata. Dalam satu halaman buku, tak boleh ada paragraf atau kalimat yang terlalu panjang.

Karena narasinya sedikit, maka yang paling berperan dalam menerjemahkan cerita di dalam Big Book adalah gambar ilustrasi dan interpretasi guru yang membacakan ceritanya. Tentu anak-anak akan menjadi bosan apabila guru atau orangtua yang membaca buku tersebut hanya membacakan kalimat demi kalimat yang ada di buku, tanpa ada dramatisasi.

Tujuan Big Book dibuat seperti itu adalah untuk memudahkan anak-anak PAUD dan TK memahami cerita, sekaligus belajar mengenal kata-kata dan belajar membaca. Itu sebabnya saat membuat Big Book, typografi atau jenis hurufnya harus jelas dan besar. 

Saat membuat Big Book, typografi atau jenis hurufnya harus jelas dan besar (Dokumentasi pribadi)
Saat membuat Big Book, typografi atau jenis hurufnya harus jelas dan besar (Dokumentasi pribadi)

Proses Kreatif Membuat Big Book untuk Anak TK

Kesulitan pertama yang saya rasakan saat praktik membuat Big Book adalah merancang storyboard atau naskah cerita. Banyak ide cerita fiksi kanak-kanak, tapi menerjemahkan ide tersebut ke dalam susunan kata dan kalimat sederhana, serta tidak boleh terlalu panjang benar-benar memeras kreativitas saya.

Setelah berhasil merancang naskah cerita, langkah berikutnya tak kalah sulitnya: mencari gambar ilustrasi yang tepat. Terus terang, dalam urusan gambar menggambar, saya langsung angkat tangan. Nilai kesenian saya sejak SD sampai sekarang di bawah rata-rata.

Untunglah di internet tersedia jutaan gambar ilustrasi, baik untuk karakter tokoh maupun latar belakang cerita. Namun tetap saja, saya harus memeras keringat dan daya pikir untuk mencari, memilah dan memilih gambar yang benar-benar pas. Gambar itu setidaknya harus bisa melukiskan suasana cerita.

Misalnya gambar kucing melihat ke atas atau kucing yang sedang merunduk hendak menerkam mangsa. Kalau gambar kucing saja, ada milyaran gambar yang tersedia di internet. Tapi gambar yang khusus melukiskan gerakan atau mimik wajah tertentu sangat terbatas. 

Beda halnya bila kita punya darah seni bisa menggambar sendiri, atau minimal bisa mengolah atau mengubah gambar melalui aplikasi pengolah gambar.

Proses yang sulit dalam membuat Big Book adalah mencari gambar ilustrasi yang tepat (Dokumentasi pribadi)
Proses yang sulit dalam membuat Big Book adalah mencari gambar ilustrasi yang tepat (Dokumentasi pribadi)

Agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari terkait hak kekayaan intelektual, saya mencari gambar karakter atau latar belakang yang lisensinya gratis dari situs-situs penyedia gambar gratisan. Meski begitu, saya tetap mencantumkan sumber gambarnya.

Untuk memudahkan pembuatan Big Book ini, saya menggunakan aplikasi Canva. Setelah naskah cerita jadi dan gambar-gambar ilustrasi berhasil ditemukan, saya kemudian mengunggahnya di Canva. Tinggal potong gambar lalu tempel di template, kemudian masukkan narasi ceritanya, voila! Jadilah Big Book yang (menurut saya) sangat bagus.

Gambar dalam Big Book harus bisa melukiskan suasana cerita (Dokumentasi pribadi)
Gambar dalam Big Book harus bisa melukiskan suasana cerita (Dokumentasi pribadi)

Membuat Big Book sebagai media pembelajaran anak-anak TK menjadi salah satu tantangan yang cukup berat bagi saya, baik sebagai penulis maupun guru TK. Meski begitu, saya menganggap praktik membuat Big Book ini merupakan kanvas kreativitas saya. 

Batasan dan Kendala sebagai Kanvas Kreativitas

Kembali kepada cerita Dr. Seuss, ketika memberi taruhan, Bennet Cerf memberi batasan bahwa Dr. Seuss hanya boleh menulis buku cerita anak dengan tak lebih dari 50 kata. Dr. Seuss menerima tantangan tersebut dan dia berhasil.

Ini bukan tentang masalah betapa berbakatnya Dr. Seuss, atau faktor kebetulan. Dalam proses kreatifnya, Dr. Seuss menggunakan batasan itu untuk mengeluarkan segenap kemampuan terbaiknya dalam hal menulis.

Menentukan batasan untuk diri sendiri sering memberikan hasil yang lebih baik daripada "menjaga pilihan tetap terbuka". Proses kreatif Dr. Seuss mengajarkan kita tentang hal ini. Dia tahu bahwa menetapkan beberapa batasan untuk bekerja di dalamnya sangat berguna sehingga ia menggunakan strategi ini untuk buku-bukunya yang lain. Buku The Cat in The Hat misalnya, ditulis Dr. Seuss hanya dengan menggunakan daftar kosakata yang paling dasar.

Setiap artis atau seniman memiliki seperangkat alat yang terbatas yang bisa dia gunakan. Setiap atlet memiliki keterampilan terbatas untuk dilatih. Setiap pengusaha memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas untuk digunakannya sebagai modal. 

Kendala dan batasan adalah kanvas yang disediakan bagi kita untuk menghasilkan sebuah karya seni yang hebat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun