Sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Yatsrib (kelak disebut Madina), banyak sahabat Nabi yang lebih dulu hijrah menyusul semakin kerasnya perlakuan kaum Quraisy kepada mereka. Orang-orang kafir Quraisy menggunakan segala cara dan metode penyiksaan agar orang-orang Mekkah yang memeluk Islam kembali ke agama nenek moyang mereka, kembali menyembah berhala.Â
Kaum Quraisy Berencana Membunuh Nabi Muhammad Saw
Orang-orang Quraisy yang menyadari mereka tidak lagi memegang kendali atas kaum muslim segera mengadakan pertemuan di Darun Nadwa, rumah milik bangsawan Qusay bin Kilab. Di tempat ini para pemuka Quraisy biasa bertemu untuk membicarakan hal-hal penting bagi suku mereka.
Para pengikut Muhammad sudah banyak yang pergi meninggalkan Mekkah. Kemungkinan besar tak lama lagi Muhammad juga akan ikut menyusul mereka. Bila ini terjadi, kita tak bisa menghentikan penyebaran ajaran Muhammad. Apa yang harus kita lakukan? Kata seorang bansawan Quraisy.
"Saya menyarankan agar Muhammad dipenjarakan," usul salah seorang tetua.
"Jangan. Kita asingkan saja Muhammad ke padang pasir tak bertuan dan biarkan dia binasa di sana," kata yang lain.
Di tengah perdebatan bangsawan Quraisy, mendadak terdengar suara dari arah belakang.
"Pilihlah seorang pemuda yang kuat, tangguh dan pemberani dari setiap suku di antara kalian. Mereka yang akan menunggu di depan pintu rumah Muhammad. Lalu ketika Muhammad keluar di pagi hari, bunuhlah Muhammad!"
Semua orang menoleh ke belakang, dan terlihat seorang tua yang belum pernah mereka lihat sebelumnya berbicara kepada mereka.
Mendengar usulan tersebut, Abu Lahab berteriak setuju, "Ya, kita bunuh saja Muhammad. Apabila Bani Hasyim menuntut balas, maka setiap suku dari kita semua yang akan menghadapinya. Setelah itu, kita akan melawan sahabat-sahabat Muhammad yang sudah pergi ke Yatsrib."
Segera saja semua kepala suku kaum Quraisy menyatakan setuju dengan rencana ini. Sewaktu mereka berbalik hendak memberi ucapan terima kasih kepada orang tua yang memberi usulan cemerlang itu, mereka terkejut karena orang tua itu menghilang. Tak ada yang tahu kapan dia pergi. Sebagaimana mereka tidak tahu bahwa orang tua itu tidak lain adalah setan, musuh manusia, teman orang fasik, yang tidak menyerukan apa pun kecuali kejahatan dan kesesatan.Â
Nabi Muhammad Hijrah bersama Abu Bakar
Allah Mahatahu segalanya. Melalui malaikat Jibril, Allah memberitahu Rasulullah tentang rencana orang-orang Quraisy dan memerintahkan Nabi untuk segera pergi ke Yatsrib.
Rasulullah Saw kemudian menemui sahabat setianya, Abu Bakar dan menceritakan perintah Allah.
"Allah telah memerintahkan saya untuk berhijrah."
Dengan cemas, Abu Bakar bertanya, "Sendirian atau dengan seorang teman, wahai Nabi Allah?" Nabi tersenyum dan menjawab, "Dengan teman setia saya, tentu saja."
Mendengar jawaban Nabi, Abu Bakar sangat gembira. Dia segera mulai membuat persiapan untuk pergi hijrah bersama Rasulullah.
Namun, ada satu hal yang cukup merisaukan Rasulullah. Karena semua orang memercayainya, banyak orang kafir Mekkah, menitipkan uang dan harta benda berharga kepadanya. Nabi ingin mengembalikan barang-barang ini kepada pemiliknya yang sah. Meskipun nyawanya dalam bahaya, dia tidak akan mengkhianati kepercayaan orang-orang, meskipun mereka tidak mempercayainya ajaran yang dibawanya.
Rasulullah lalu meminta sepupunya, Ali bin Abi Thalib untuk tetap tinggal di Mekkah dan mengembalikan barang-barang milik orang kafir Quraisy. Tak hanya itu, Rasulullah juga memberinya satu tugas khusus yang sangat berbahaya: menggantikan dirinya di tempat tidur sementara Rasulullah Saw akan menyelinap pergi.
Hingga tibalah malam yang menentukan itu. Di sekeliling rumah Nabi, sudah berkumpul banyak pemuda Quraisy. Tanpa mereka ketahui, di dalam rumah Nabi sedang mempersiapkan perjalanan hijrahnya.
Ali, anak muda pemberani menggantikan Nabi dengan tidur berbungkus jubah untuk mengelabui para pembunuh. Sebelum pergi, Rasulullah mengusap kepala Ali dan berkata, "Jangan takut karena tidak ada bahaya yang akan datang kepadamu."
Janji Rasulullah menenangkan Ali sehingga dia dapat memejamkan mata dan tidur dengan tenang.
Di bawah naungan kegelapan, Nabi Muhammad meninggalkan rumahnya dan menyebarkan debu di atas kepala para pembunuh sembari membaca ayat-ayat pembuka Surah Yaasiin.
"Dan Kami jadikan di hadapan mereka penghalang dan di belakang mereka penghala (pula), dan Kami tutupi (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat." (QS Yaasiin, 36:9).
Atas ijin Allah, Nabi Muhammad lalu berjalan dengan tenang meninggalkan rumahnya menuju rumah Abu Bakar, tanpa ada kekhawatiran sedikit pun dirinya dilihat oleh para pembunuh yang mengepung rumahnya.Â
Peran 4 Anak Muda Pemberani yang Membantu Hijrah Nabi Muhammad Saw
Saat cahaya pertama cakrawala pagi muncul, gerombolan pembunuh melihat melalui jendela ada seseorang sedang tidur di pembaringan. Para pembunuh yakin bahwa yang sedang tidur itu adalah Nabi Muhammad. Bergegas mereka mendobrak pintu dan merobek selimut dengan pedang terangkat di atas kepala mereka. Betapa terkejut dan kecewanya mereka ketika melihat sosok yang tidur itu tak lain anak muda sepupu Nabi, Ali bin Abi Thalib.
Seperti yang dijanjikan Rasulullah, tak ada sehelai rambut pun di kepala Ali yang terluka. Alih-alih melampiaskan kemarahan dengan membunuh Ali, para pembunuh itu kebingungan dan saling bertanya satu sama lain, "Di mana Muhammad berada?".
Peristiwa hijrahnya Rasulullah Saw dari Mekkah ke Yatsrib tak hanya memberi peran penting bagi anak muda bernama Ali bin Abi Thalib saja. Selain Ali, ada tiga anak muda Islam lainnya yang juga ikut membantu proses hijrah Rasulullah Saw. Ketiga anak muda ini adalah Amir bin Fuhayrah, Abdullah bin Abu Bakar, dan Asma binti Abu Bakar.
Peran Ali sudah kita ketahui pada malam hijrahnya Nabi. Adapun Abdullah bin Abu Bakar, menyelinap keluar setiap malam untuk memberi tahu ayahnya dan Nabi tentang apa yang terjadi di Mekah di antara orang-orang kafir. Salah satunya adalah informasi tentang upaya pencarian tanpa henti yang mereka lakukan.
Sementara Amir bin Fuhayrah diminta Nabi untuk menggiring dombanya merumput dan menghapus jejak kaki yang mengarah ke gua Tsur, tempat Nabi dan Abu Bakar bersembunyi.
Selama bersembunyi di gua Tsur, Nabi dan Abu Bakar dikirimi makanan dan minuman oleh Asma' binti Abu Bakar. Suatu hari, Asma' tidak bisa membawa makanan dan air dengan tangan kosong, jadi dia merobek ikat pinggangnya menjadi dan menggunakannya untuk mengikat dan membawa perbekalan di pundaknya. Ketika dia sampai di gua dan Nabi melihat apa yang telah dia lakukan, Nabi berkata kepadanya, "Sesungguhnya, Allah telah menukar dua ikat pinggangmu dengan dua ikat pinggang di surga."
Peristiwa hijrahnya Rasulullah tak hanya menjadi momentum di mana masyarakat Islam secara resmi menjadi masyarakat yang berdaulat dan diakui keberadaannya oleh golongan masyarakat lainnya. Lebih dari itu, hijrahnya Nabi yang dibantu empat anak muda pemberani menjadi salah satu tonggak pentingnya peran anak muda Islam.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah mengatakan bahwa di antara hal-hal yang setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban pada Hari Pembalasan nanti adalah masa mudanya dan bagaimana dia menghabiskannya.
Oleh karena itu, wahai pemuda Islam, sadarilah peran penting kalian dalam masyarakat Islam. Berikan kontribusi tanpa pamrih untuk kemajuan umat Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H