Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

3 Level Kesabaran yang Kita Butuhkan di Masa PPKM Level 4

22 Juli 2021   07:38 Diperbarui: 22 Juli 2021   07:41 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesabaran adalah karakteristik utama yang kita butuhkan di masa-masa sulit seperti saat PPKM Level 4 (ilustrasi: envato.com)

Sudah hampir 2 tahun pandemi Covid-19 melanda negeri tercinta, belum ada tanda-tanda kapan berakhirnya. Berbagai kebijakan pemerintah dalam menanggulangi krisis Covid-19 dari jaman PSBB sampai yang terbaru PPKM Level 4, juga belum menampakkan hasil yang signifikan.

Aktifitas kita serba dibatasi. Telinga kita akrab dengan bunyi sirine ambulan. Berita kematian datang silih berganti. Kemarin tetangga belakang rumah meninggal dunia, hari ini tetangga depan rumah yang dipanggil menghadap-Nya.

Kesabaran adalah karakteristik utama yang kita butuhkan di masa-masa sulit seperti saat pandemi Covid-19 seperti sekarang. Karakteristik yang langka, dan tidak semua orang memilikinya.

Benar kita tengah menghadapi badai yang sama. Namun kita menumpang perahu yang berbeda-beda. Sabar dalam menghadapi badai dengan perahu yang kita tumpangi itulah yang kelak akan menjadikan kita sosok yang istimewa, baik di mata manusia lainnya, terlebih lagi di dalam pandangan Allah Swt.

Orang sabar disayang Allah. Ini bukan sekedar ungkapan untuk menghibur belaka, melainkan firman Allah sendiri di dalam Al-Quran:

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. " (QS Al-Baqarah, 2: 153).

Sabar bukan hanya sekedar ketahanan kita menghadapi musibah atau ujian. Syaikh Muhammad bin Shalil al-Utsaimin mengatakan dalam kitab Al-Qaulul Mufid, ada 3 level kesabaran.

Kesabaran Level 1: Sabar menghadapi musibah dari-Nya

Ini adalah kesabaran level terendah. Kesabaran dalam menerima dan menghadapi musibah adalah keniscayaan karena musibah itu merupakan bagian dari ketentuan (takdir) Allah. Setiap manusia hakekatnya akan diuji dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan, kehilangan harta dan jiwa (QS Al-Baqarah, 2: 155).

Pada level ini, orang bisa sabar menghadapi musibah karena dia sudah tidak memiliki pilihan dan tidak bisa memperbaiki keadaan.

Misalnya ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia, kita tidak punya pilihan apa pun selain menerima kenyataan, bahwa anggota keluarga kita sudah waktunya dipanggil menghadap ke Sang Pencipta. Kita juga tidak bisa memperbaiki keadaan, karena tak ada yang bisa mengembalikan orang yang sudah meninggal, kecuali atas ijin-Nya.

Maka, pilihan terbaik bagi kita ketika ditimpa musibah adalah bersabar atas kehendak-Nya agar kita mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Allah.

"Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar. (yaitu) Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan 'Inna lillaahi wa innaa ilaihi roojiuun'. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS Al-Baqarah, 2: 156-157).

Kesabaran Level 2: Sabar atas Kemaksiatan/Larangan-Nya

Orang yang bisa mencapai kesabaran level 2 punya derajat yang lebih tinggi di banding orang yang hanya mampu bersabar atas musibah.

Mengapa sabar atas kemaksiatan dan larangan Allah punya pahala yang lebih besar daripada sabar menghadapi musibah?

Jika saat menghadapi musibah kita tidak punya pilihan karena musibah atau ujian hakekatnya adalah takdir Allah, pada level ini kita punya pilihan: Menjauhi maksiat atau tetap melakukannya.

Krisis Covid-19 mempengaruhi semua aspek kehidupan, terutama perekonomian masyarakat. Banyak pengangguran, PHK karyawan, UMKM yang gulung tikar.

Kondisi ini menyebabkan benih-benih kemaksiatan bermunculan bagai jamur di musim hujan. Setan mulai membisiki kita untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh-Nya. Apalagi di jaman yang serba terbuka informasinya. Seringkali batasan antara sesuatu yang haram dan halal sangat tipis, karena kemaksiatan di jaman ini dikemas sedemikian rupa hingga mampu menarik perhatian orang-orang yang lemah iman.

Menahan diri atau sabar atas setiap bentuk godaan setan yang mengajak kita melakukan kemaksiatan di masa-masa sulit akan mendapat ganjaran pahala yang sangat besar.

"Dan orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya, dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya." (QS An-Naaziaat, 79: 40-41).

Kesabaran Level 3: Sabar Atas Ketaatan dan Menjalankan Perintah-Nya

Orang yang bisa sabar menghadapi musibah, dan mampu menahan diri tidak melakukan kemaksiatan, belum tentu bisa bersabar dalam menjalankan perintah-Nya.

Kok bisa?

Dalam menjalankan perintah Allah, seringkali kita menjadikan kondisi yang kita alami sebagai alasan untuk tidak melaksanakan ketaatan itu sendiri. Self-permission, kata ilmu psikologi. Kta permisif dengan kondisi sehingga menghalangi kita untuk taat menjalankan perintahnya secara mutlak.

Contoh paling sederhana adalah menjalankan salat berjamaah tepat waktu. Ketika azan berkumandang, kita cenderung membiarkan kondisi kita menghalangi ketaatan untuk salat tepat waktu. Kesibukan pekerjaan membuat kita permisif untuk tidak melaksanakan salat berjamaah tepat waktu.

Di masa krisis Covid-19 yang di negara kita sudah mencapai tingkat PPKM Level 4, sabar atas ketaatan dan menjalankan perintah-Nya merupakan ujian kesabaran tingkat paling tinggi. Berbagai macam dispensasi membuat kita abai terhadap aturan.

Jangankan ketaatan kepada aturan Allah Swt, taat terhadap aturan manusia pun kita sering tidak sabar. Berapa banyak yang bisa sabar dan taat melakukan protokol kesehatan selama beraktivitas di luar? Berapa banyak yang bisa sabar dan taat terhadap himbauan pemerintah untuk tetap diam di rumah saja?

***

Krisis Covid-19 adalah keniscayaan takdir Allah. Kita tidak bisa mengelak dan berandai-andai krisis ini tidak terjadi. Pandemi Covid-19 juga menjadi sarana penilaian atas ketakwaan kita.

Apabila kita bersabar, tetap istiqomah di jalan-Nya dan berusaha mengambil hikmah dari musibah ini, maka kita akan berada pada derajat yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sebagaimana Allah menciptakan hidup dan mati adalah sebagai sarana menguji siapa di antara kita yang paling baik amalnya. (QS Al Mulk, 67: 2).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun