"Nak, di depan sana di seberang telaga ada taman yang indah, penuh dengan kupu-kupu. Pergilah ke sana dan coba tangkap seekor kupu-kupu yang menurutmu paling indah. Kemudian kembalilah ke sini dan akan kujelaskan mengapa dirimu tidak bisa merasa bahagia."
Meski ragu dengan permintaan kakek tersebut, anak muda itu pergi juga ke arah yang ditunjukkan.
Setelah berjalan beberapa lama, tibalah anak muda itu di sebuah taman yang indah. Taman itu penuh dengan bunga-bunga bermekaran. Berbagai kupu-kupu terbang dan hinggap di pucuk bunga, menambah keindahan taman.
Menuruti pesan sang kakek, dengan tangan kosong anak muda itu mencoba menangkap kupu-kupu. Mulanya dia melangkah hati-hati agar tidak mengagetkan kupu-kupu yang sedang menghisap sari bunga. Setelah dekat, jari tangannya menjumput hendak menangkap kupu-kupu.
Hap...!
Namun gerak sayap kupu-kupu itu lebih cepat dari gerakan tangannya. Kupu-kupu incarannya berhasil menghindar dan terbang menjauh.
Berulang kali anak muda itu mencoba menangkap kupu-kupu dengan cara yang sama, tetapi selalu gagal. Kesal, akhirnya dia berlari tak beraturan. Diterjangnya rumput dan rangkaian tanaman bunga yang tertata rapi. Tangannya menyabet ke sana kemari, mencoba untuk menjatuhkan setiap kupu-kupu. Namun tak satu pun kupu-kupu yang berhasil jatuh dan ditangkapnya.
Dengan nafas ngos-ngosan, anak muda itu duduk dan beristirahat. Matanya menatap ke depan, ke arah rimbunan tanaman bunga dengan kupu-kupu yang beterbangan di sekelilingnya.
Tanpa disadarinya, kakek yang ditemuinya di telaga sudah berdiri di dekatnya.
"Begitukah caramu menangkap kupu-kupu, Nak? Pantaslah apabila selama hidupmu kamu tidak pernah merasa bahagia."
Dengan wajah kesal, anak muda itu menoleh ke arah sang kakek.