Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Silaturahmi Saat Pandemi Menjadikan Kita Pribadi yang Lebih Manusiawi

14 Mei 2021   07:11 Diperbarui: 14 Mei 2021   07:36 1652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalil Keutamaan Silaturahmi

Ada banyak dalil tentang keutamaan silaturahmi, di antaranya:

Pertama, silaturahmi merupakan salah satu tanda keimanan seseorang.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda,

"Barangsiapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahmi." (HR Muttafaqun 'alaihi).

Kedua, orang yang bersilaturahmi akan mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah.

Rasulullah Saw bersabda,

"Allah menciptakan makhluknya, ketika selesai menyempurnakannya, bangkitlah rahim dan berkata, "ini tempat orang yang berlindung kepada engkau dari pemutus rahim." Allah menjawab, "Tidakkah engkau ridha, aku sambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?" Dia menjawab,"ya, wahai Rabb."" (HR Muttafaqun 'alaihi).

Imam Nawawi menerangkan, hakikat shilah (sambung) dalam hadis ini adalah kasih sayang dan rahmat. Sehingga, makna kata 'Allah menyambung' adalah ungkapan dari kasih sayang dan rahmat Allah.

Ketiga, silaturahmi adalah salah satu sebab penting masuk surga dan dijauhkan dari api neraka.

Rasulullah Saw bersabda,

"Dari Abu Ayub al-Anshari, beliau berkata, seorang berkata,"Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam surga." Rasulullah Saw menjawab, "Menyembah Allah dan tidak menyekutukannya, menegakkan salat, menunaikan zakat dan bersilaturahmi."" (Diriwayatkan oleh imam-imam hadis).

Keempat, silaturahmi dapat memperpanjang umur dan memperbanyak rezeki.

"Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahmi." (HR Muttafakun Alaih dari Anas bin Malik r.a).

Dengan berbagai keutamaannya tersebut, tentunya kita tidak ingin melewatkannya. Apalagi bila melihat akibat buruk dan azab pedih yang sudah disiapkan Allah Swt bagi siapa pun yang memutus tali silaturahim. 

Pada jaman dahulu, orang-orang saleh membiasakan diri bersilaturahmi sekalipun pada masa itu tidak ada sarana komunikasi yang sangat canggih seperti yang kita kenal saat ini. Di sela-sela aktivitas beribadah dan muamalah, orang-orang saleh jaman dulu tetap memiliki waktu untuk mengunjungi kerabatnya dan membantu tetangganya. 

Bagaimana dengan kita?

Terlihat ironis. Betapa tidak, dengan kecanggihan teknologi komunikasi dan transportasi, kita sering melupakan betapa pentingnya silaturahmi. Coba ingat-ingat kembali, kapan terakhir kalinya kita menelpon, menghubungi sanak saudara atau teman-teman kita?

Kapan terakhir kali kita berkunjung ke rumah tetangga sebelah?

Menyambung tali silaturahmi tidak harus dengan berkunjung atau menghabiskan waktu bercengkerama satu sama lain. Seseorang dikatakan menyambung silaturahmi bahkan hanya dengan sekedar salam.

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah Saw bersabda,

"Sambunglah keluargamu meskipun dengan salam."

Apa beratnya menggunakan ponsel untuk menghubungi salah satu kerabat kita dan mengucapkan salam serta menanyakan kabar kepadanya?

Memang benar saat ini kita terbiasa membuat grup-grup WhatsApp keluarga. Namun cobalah jujur, berapa kali kita mengirim salam dan menanyakan kabar kepada mereka? Seringnya, grup WhatsApp keluarga kita hanya aktif kalau ada kabar-kabar tertentu atau pada momen-momen tertentu, seperti di hari raya Idulfitri. 

Silaturahmi Saat Pandemi Menjadikan Kita Pribadi yang Lebih Manusiawi

Itu sebabnya, meski hari raya Idulfitri kali ini masih dalam suasana pandemi Covid-19, jangan sampai hal ini kita jadikan alasan untuk memutus tali silaturahmi. Sekalipun tak bisa berkunjung karena ada pembatasan sosial, bukan berarti kita tidak bisa menghubungi mereka. 

Justru, perayaan Idulfitri di tengah suasana pandemi Covid-19 mengajarkan kita agar bisa bersilaturahmi dengan pribadi yang lebih manusiawi. Lebih mengerti dan menghargai perbedaan sikap serta perasaan semua orang. Pandemi mengajarkan kita untuk lebih mengedepankan empati daripada emosi.

Sebelum pandemi, salah satu tradisi yang menyertai hari raya Idulfitri adalah silaturahmi dengan beranjangsana ke rumah tetangga dan sanak saudara. Usai salat Id, suasana kampung ramai dengan lalu lalang tetangga yang saling berkunjung. Anak-anak biasanya yang paling antusias untuk bersilaturahmi. Apa lagi alasannya kalau bukan demi salam tempel lebaran?

Sekarang, suasana seperti itu tidak kita jumpai. Dengan alasan menjaga kesehatan diri dan keluarganya, beberapa tetangga membatasi, bahkan ada yang tidak menerima kunjungan sanak saudara dan tetangga sekitar rumah.

Kondisi ini jangan sampai mematahkan niat kita untuk bersilaturahmi. Kalau tetangga kita mengatakan tidak mau menerima tamu, jangan langsung tersinggung. Hargai keputusan mereka. Mungkin di rumah mereka ada orang tua, balita, atau anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang rentan terpapar virus corona. Tak bisa berkunjung bukan berarti tak bisa berkomunikasi bukan?

Toh teknologi komunikasi sekarang sudah sedemikian canggih. Kita bisa menghubungi mereka lewat telepon atau sekedar mengucapkan salam di grup WhatsApp kampung. Tidak punya nomor telpon tetangga sendiri? Ini sih benar-benar keterlaluan dan menunjukkan tidak ada niat diri kita untuk bersilaturahmi dengan tetangga.

Kalau tetangga kita welcome, atau mau menerima tamu, silahkan berkunjung dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Pakailah masker saat bersilaturahmi dan jangan lupa cuci tangan dulu sebelum berkunjung ke kediaman mereka.

Silaturahmi adalah ketaatan dan amalan yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah Swt, serta tanda takutnya seorang hamba kepada allah. Sebagaimana firman Allah Swt, 

"Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk." (QS Ar-Raa'd, 13:21).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun