Pada jaman dahulu, orang-orang saleh membiasakan diri bersilaturahmi sekalipun pada masa itu tidak ada sarana komunikasi yang sangat canggih seperti yang kita kenal saat ini. Di sela-sela aktivitas beribadah dan muamalah, orang-orang saleh jaman dulu tetap memiliki waktu untuk mengunjungi kerabatnya dan membantu tetangganya.Â
Bagaimana dengan kita?
Terlihat ironis. Betapa tidak, dengan kecanggihan teknologi komunikasi dan transportasi, kita sering melupakan betapa pentingnya silaturahmi. Coba ingat-ingat kembali, kapan terakhir kalinya kita menelpon, menghubungi sanak saudara atau teman-teman kita?
Kapan terakhir kali kita berkunjung ke rumah tetangga sebelah?
Menyambung tali silaturahmi tidak harus dengan berkunjung atau menghabiskan waktu bercengkerama satu sama lain. Seseorang dikatakan menyambung silaturahmi bahkan hanya dengan sekedar salam.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah Saw bersabda,
"Sambunglah keluargamu meskipun dengan salam."
Apa beratnya menggunakan ponsel untuk menghubungi salah satu kerabat kita dan mengucapkan salam serta menanyakan kabar kepadanya?
Memang benar saat ini kita terbiasa membuat grup-grup WhatsApp keluarga. Namun cobalah jujur, berapa kali kita mengirim salam dan menanyakan kabar kepada mereka? Seringnya, grup WhatsApp keluarga kita hanya aktif kalau ada kabar-kabar tertentu atau pada momen-momen tertentu, seperti di hari raya Idulfitri.Â
Silaturahmi Saat Pandemi Menjadikan Kita Pribadi yang Lebih Manusiawi
Itu sebabnya, meski hari raya Idulfitri kali ini masih dalam suasana pandemi Covid-19, jangan sampai hal ini kita jadikan alasan untuk memutus tali silaturahmi. Sekalipun tak bisa berkunjung karena ada pembatasan sosial, bukan berarti kita tidak bisa menghubungi mereka.Â
Justru, perayaan Idulfitri di tengah suasana pandemi Covid-19 mengajarkan kita agar bisa bersilaturahmi dengan pribadi yang lebih manusiawi. Lebih mengerti dan menghargai perbedaan sikap serta perasaan semua orang. Pandemi mengajarkan kita untuk lebih mengedepankan empati daripada emosi.