Sebelum pandemi, salah satu tradisi yang menyertai hari raya Idulfitri adalah silaturahmi dengan beranjangsana ke rumah tetangga dan sanak saudara. Usai salat Id, suasana kampung ramai dengan lalu lalang tetangga yang saling berkunjung. Anak-anak biasanya yang paling antusias untuk bersilaturahmi. Apa lagi alasannya kalau bukan demi salam tempel lebaran?
Sekarang, suasana seperti itu tidak kita jumpai. Dengan alasan menjaga kesehatan diri dan keluarganya, beberapa tetangga membatasi, bahkan ada yang tidak menerima kunjungan sanak saudara dan tetangga sekitar rumah.
Kondisi ini jangan sampai mematahkan niat kita untuk bersilaturahmi. Kalau tetangga kita mengatakan tidak mau menerima tamu, jangan langsung tersinggung. Hargai keputusan mereka. Mungkin di rumah mereka ada orang tua, balita, atau anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang rentan terpapar virus corona. Tak bisa berkunjung bukan berarti tak bisa berkomunikasi bukan?
Toh teknologi komunikasi sekarang sudah sedemikian canggih. Kita bisa menghubungi mereka lewat telepon atau sekedar mengucapkan salam di grup WhatsApp kampung. Tidak punya nomor telpon tetangga sendiri? Ini sih benar-benar keterlaluan dan menunjukkan tidak ada niat diri kita untuk bersilaturahmi dengan tetangga.
Kalau tetangga kita welcome, atau mau menerima tamu, silahkan berkunjung dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Pakailah masker saat bersilaturahmi dan jangan lupa cuci tangan dulu sebelum berkunjung ke kediaman mereka.
Silaturahmi adalah ketaatan dan amalan yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah Swt, serta tanda takutnya seorang hamba kepada allah. Sebagaimana firman Allah Swt,Â
"Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk." (QS Ar-Raa'd, 13:21).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H