Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Jangan Sampai Tradisi Salam Tempel Jadi Budaya Meminta-minta

10 Mei 2021   08:29 Diperbarui: 11 Mei 2021   14:02 1297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenang Tradisi Salam Tempel Jaman Dulu

"Din, kamu sudah ke rumah Abah Rauf? tanya Amir pada Udin.

Saat itu sudah sore hari, beberapa anak berkumpul di beranda mushola kampung, saling membandingkan salam tempel yang mereka dapatkan setelah hampir setengah hari berkeliling mengunjungi tetangga-tetangga sekitar.

"Belum, memangnya kenapa?"

"Wah rugi kalau kamu gak ke sana. Abah Raouf ngasih uangnya banyak, sepuluh ribu lho Din. Gak kayak Bu Rahmia. Masak tadi aku kesana cuma dikasih dua ribu."

Ya, Seperti itulah suasana masa kecilku dulu. Saat lebaran tiba tak ada yang lebih dipikirkan anak-anak selain salam tempel.

Usai salat Ied di masjid, kami pun biasa beramai-ramai dengan teman-teman berkunjung ke rumah tetangga. Hampir setiap rumah di kampung kami kunjungi.

Setiap kali kami berkunjung, kami ditawari kue-kue yang sudah dihidangkan rapi di meja tamu. Namun bukan itu tujuan utama kami, melainkan salam tempelnya.

Waktu kecilku dulu, setiap anak biasa mendapat salam tempel seratus rupiah. Nilai segitu pada jaman aku kecil sudah terhitung besar. Karena itu, tak heran jika di rumah tetangga saya yang terhitung kaya, ramai dikunjungi anak-anak. 

Meskipun tidak kenal sekalipun, kami yang masih berjiwa polos nekat bertamu, sekedar mengharapkan salam tempel dari tuan rumah. Dan sore harinya ketika semua tetangga sudah dikunjungi, kami pun membandingkan perolehan salam tempel yang kami dapatkan. 

Membiasakan anak-anak menerima salam tempel dikhawatirkan dapat menanamkan benih jiwa meminta-minta (ilustrasi: haibunda.com)
Membiasakan anak-anak menerima salam tempel dikhawatirkan dapat menanamkan benih jiwa meminta-minta (ilustrasi: haibunda.com)

Kontradiksi Salam Tempel, dari Kesalehan Sosial Menjadi Budaya Mengemis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun