Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Mengulas Produk

1 Februari 2021   08:18 Diperbarui: 2 Februari 2021   02:15 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam mengulas produk ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan baik oleh pengulas maupun perusahaan (ilustrasi:feedbackexpress.com)

Ulasan produk merupakan salah satu strategi pemasaran yang sangat efektif. Terlebih di era digital dan keterbukaan informasi di mana setiap orang bisa membaca atau melihat review produk melalui platform apapun. 

Banyak perusahaan menggandeng konten kreator untuk mengulas produk unggulan mereka, baik itu Blogger, YouTuber, Podcaster maupun influencer lain dari berbagai platform media sosial.

Konsep digital marketing yang dibawakan oleh pengulas (reviewer) bisa dikategorikan dalam iklan dari mulut ke mulut (Words of Mouth atau WoM). Review seorang Blogger atau YouTuber ibaratnya sebuah testimoni dari pelanggan yang terpercaya.

Di saat calon pelanggan dibanjiri jutaan pesan iklan, promosi serta pesan pribadi, arus informasi yang dibawakan dari mulut ke mulut menjadi sangat penting. Banyak produk sejenis yang beredar, pelanggan memang dimudahkan untuk saling membandingkan. Tapi tetap saja, pelanggan butuh pegangan untuk memperkuat kepercayaan mereka terhadap produk yang ingin mereka beli. 

Sayangnya, dalam mengulas produk ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan baik oleh pengulas maupun perusahaan itu sendiri.

Tidak Menyertakan Perspektif dan Opini Pribadi

Saya ingat ketika beberapa tahun lalu, saya diundang ke acara peluncuran produk perbankan. Seperti biasa, saya diminta menulis ulasan tentang produk perbankan tersebut dan menayangkannya di blog pribadi.

Sebelum ditayangkan, pihak agensi yang mengundang saya meminta draf tulisan sebelum saya menayangkannya. Alangkah kecewanya saya ketika draf itu dikembalikan dan saya diminta merevisi beberapa bagian, terutama di bagian opini atau pendapat pribadi saya tentang produk tersebut.

Sebenarnya saya enggan merevisi atau menghapusnya. Namun, demi "hubungan baik", saya pun terpaksa menghapus beberapa paragraf yang berisi opini pribadi.

Inilah salah satu kesalahan fatal yang sering dilakukan pihak perusahaan. Mereka cenderung menganggap ulasan produk adalah strategi pemasaran yang hanya menonjolkan keunggulan produknya saja, tetap enggan menerima feedback dari pengulas.

Kesalahan ini juga yang sering dilakukan banyak pengulas. Sama seperti anggapan perusahaan, banyak pengulas melupakan perspektif dan opini pribadi mereka, dan lebih menonjolkan sisi teknis produknya.

Padahal, kekuatan seorang konten kreator terletak pada perspektif dan opini pribadi. Mereka mampu menyajikan ulasan yang bebas dan tidak terkekang oleh bahasa promosi yang diinginkan sebuah perusahaan.

Calon pelanggan menginginkan perspektif dan opini orang yang mereka percaya, bukan spesifikasinya. Siapa pun dapat menemukan spesifikasinya di situs web produk atau perusahaan. Tidak apa-apa untuk menyoroti sisi teknis, tetapi calon pelanggan akan merasa bosan jika ulasan produknya terlalu menonjolkan hal ini.

Selain melupakan perspektif dan opini pribadi, berikut beberapa kesalahan yang sering dilakukan saat mengulas produk:

Tidak menyesuaikan gaya bahasa dengan target pemirsa

Setiap produk memiliki target pasar yang berbeda, sekalipun jenis produknya sama. Misalnya, ponsel pintar kelas high-end gaya bahasa yang digunakan otomatis berbeda dengan gaya bahasa ulasan ponsel kelas low-end. Produk perbankan khusus anak muda gaya bahasanya berbeda dengan produk perbankan untuk orangtua.

Seringkali pengulas menggunakan gaya bahasa yang sama meskipun produk yang diulasnya berbeda target pasarnya. Itu sebabnya, setiap kali saya diminta menulis artikel ulasan produk, yang pertama kali saya tanyakan adalah target pasar atau target audiens. Bagaimana demografinya: rentang usia, penghasilan, lokasi, gaya hidup, dan lain sebagainya. Inilah yang harus disertakan perusahaan dalam briefing draf ulasan yang mereka berikan pada setiap pengulas.

Sebagai penulis konten yang mengulas produk, tugas saya adalah menjelaskan kepada siapa pun yang membaca di mana ulasan saya cocok dengan kehidupan mereka. Misalnya saya mengulas laptop khusus gim, maka gaya bahasa yang saya gunakan cenderung informal. Saya akan menjelaskan dengan jujur laptop ini lebih cocok digunakan untuk bermain gim daripada pekerjaan kantor.

Mengulas untuk suatu kelompok khusus memungkinkan kita untuk fokus dan bisa membuat rekomendasi yang lebih spesifik. Apa pun produk yang kita ulas, kita harus meluangkan waktu untuk mencari tahu siapa target pemirsanya sebelum mulai memberi tahu apa yang terbaik untuk mereka.

Tidak fokus pada fitur yang penting bagi pelanggan

Kebanyakan pengulas gawai cenderung lebih fokus pada spesifikasi dan gambar daripada cara kerjanya. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk membahas spesifikasi teknis. Mulai dari besarnya RAM, jenis prosesor yang digunakan, atau detail kartu grafisnya.

Bukan berarti spesifikasi sama sekali tidak penting, tetapi dalam banyak kasus, spesifikasi tersebut tidak boleh menjadi faktor utama. Pelanggan sebenarnya tidak terlalu peduli dengan angka-angka yang menyilaukan mata. Mereka hanya ingin tahu bagaimana angka-angka teknis itu membantu mereka.

Lebih baik kita fokus pada hal-hal yang penting bagi orang-orang yang menggunakan produk tersebut. Misalnya, kita bisa merekomendasikan produk gawai dengan antarmuka (UI) yang nyaman meskipun lambat, daripada gawai yang cepat tapi antarmukanya membingungkan.

Terjebak dalam Promosi Perusahaan

Kunci ulasan produk yang bagus adalah memberikan pemirsa pengalaman kita sendiri. Orang-orang membaca ulasan kita untuk melihat apa yang berjalan sangat baik dengan suatu produk dan apa yang sangat buruk pada produk tersebut.

Kebanyakan perusahaan mengabaikan faktor "kejujuran" ini. Seperti pada kasus Eiger, perusahaan sering tidak terima apabila ada ulasan yang menunjukkan kekurangan atau keburukan produk mereka.

Kejujuran adalah sesuatu yang paling berharga dalam mengulas produk. Calon pelanggan menginginkan produk yang mereka beli sepadan dengan uang yang mereka keluarkan. Calon pelanggan menginginkan ulasan itu dapat membantu mereka menentukan apakah barang baru dan berkilau itu penting atau hanya omong kosong yang harus dilupakan.

Takut Terlihat Bodoh

Kesalahan terakhir yang cukup fatal adalah, kebanyakan pengulas takut terlihat bodoh. Ulasan mereka penuh dengan hal-hal teknis. Mereka ingin terlihat pintar di depan audiens sehingga seringkali tidak akurat, tertukar data dan fakta.

Bersikaplah jujur dan selalu pertimbangkan apa yang kita ketahui tentang suatu produk. Kalau memang kita tidak tahu apa-apa tentang fitur tertentu dari suatu produk, jelaskan apa adanya meskipun hal ini membuat kita terlihat bodoh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun