Tanpa menampakkan wajah, dari jendela mobil muncul tangan yang mengulurkan uang receh lima ratusan. Anak itu menerimanya sambil tak lupa mengucapkan "Terima kasih."
Langkahnya kemudian beranjak mendekati mobil lain. Satu sosok wajah yang terharu memberinya uang sepuluh ribu. Dalam hati, penumpang yang dermawan ini berharap pengamen cilik itu bisa mendapatkan penghasilan yang baik, sambil tak lupa mencela orangtuanya yang membiarkan anak seusianya membanting tulang di perempatan jalan.
Lampu hijau menyala diikuti bunyi klakson kendaraan yang pengemudinya sudah tidak sabar. Anak kecil itu bergegas berlari. Di seberang jalan, beberapa temannya sudah menunggu.
Usai bercakap-cakap sebentar, anak-anak itu pun pergi. Bukan pulang ke rumah masing-masing, melainkan ke satu ruko yang letaknya tak jauh dari perempatan jalan tadi.
Di meja pinggir pintu yang dijaga seorang pemuda, pengamen cilik itu menyerahkan uang hasil ngamennya yang terbesar: selembar sepuluh ribu.
Tak lama kemudian, anak-anak itu pun sudah duduk tenang menghadap layar televisi berukuran besar. Tangan mereka bergerak terampil memainkan joystick. Sesekali terdengar sorak sorai dari mereka. Tak ada lagi wajah sendu yang mengundang simpati, berganti wajah gembira anak-anak yang menemukan dunianya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI