Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Artikel Ramai di Media Sosial Belum Tentu Dibaca Banyak Orang

14 November 2020   20:18 Diperbarui: 14 November 2020   20:23 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, sebagian besar pengguna media sosial di Indonesia buta huruf fungsional. Ingat, aku tidak mengatakan mereka buta huruf karena sudah pasti seseorang yang punya akun media sosial melek huruf alias bisa membaca dan menulis.

Buta huruf dan buta huruf fungsional itu berbeda. Mengutip definisi dari UNESCO, seseorang dikatakan buta huruf fungsional (functionally illiterate) apabila tidak dapat terlibat dalam semua kegiatan di mana keaksaraan diperlukan untuk berfungsi efektif dari kelompok dan komunitasnya dan juga untuk memungkinkan dia untuk terus menggunakan membaca, menulis, dan perhitungan untuk dirinya sendiri dan pengembangan masyarakat.

Singkatnya, perbedaan mendasar antara buta huruf dan buta huruf fungsional terletak pada fungsionalitas pemahaman seseorang terhadap apa yang dia baca dan dia tuliskan.

Kebanyakan pengguna media sosial di Indonesia lebih suka langsung terlibat dengan memberi tanda 'like' dan berkomentar daripada membaca terlebih dahulu artikel yang dibagikan. Gerak jari tangan lebih cepat daripada respon neuron-neuron dalam otak yang menggerakkan mata untuk membaca.

Hasilnya bisa kita lihat sendiri. Yang memberi tanda 'like' dan berkomentar lebih banyak daripada yang membaca artikelnya.

Judul Sudah Memberi tahu Isi Artikel

Kedua, ini masih berhubungan dengan keengganan pengguna media sosial untuk membaca, selain karena alasan buta huruf fungsional.

Judul artikel tersebut sudah memberitahu kandungan isi artikelnya. Tanpa mengklik tautan artikelnya, kita sudah tahu apa isi di dalamnya.

Judulnya memang sangat aktual, dan kontroversial. Sayangnya, judul yang diberikan tidak memancing rasa ingin tahu pembaca.

Hanya orang-orang yang punya waktu lebih, punya minat baca yang tinggi dan teman-teman dekat penulis saja yang mau mengklik tautan artikel tersebut. Selebihnya, cukup memberi tanda 'like' dan berkomentar sesuai kata hati.

Kesimpulan

Banyak sekali artikel-artikel di Kompasiana yang punya keterlibatan tinggi di media sosial, tapi tingkat keterbacaannya rendah. Terutama artikel-artikel dengan tema yang aktual dan judulnya kontroversial.

Di satu sisi, ada beberapa artikel yang hampir sepi di media sosial, tapi dibaca banyak pengunjung Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun