Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Santri Milenial, Please Jangan Pacaran Dulu

23 Oktober 2020   09:13 Diperbarui: 23 Oktober 2020   09:22 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri milenial, ingat-ingat selalu doa restu ayah ibu, jangan pacaran dulu (foto ilustrasi: hariansulses.com) 

Meski belum pernah jadi santri, saya tumbuh di lingkungan keluarga yang hampir semuanya pernah mondok dan menjadi santri. Ayah ibu, kakak adik, saudara sepupu hingga keponakan, semuanya pernah jadi santri.

Suasana "Kota Santri" yang pernah saya saksikan sendiri memang tepat sesuai yang digambarkan dalam lagi Nasida Ria tersebut. Setiap pagi usai salat subuh, para santri bergegas pergi ke rumah guru atau kyai masing-masing, untuk belajar mengaji sesuai kitab yang mereka pelajari tingkatan mengaji mereka. Setelah itu, mereka pulang ke pondokan untuk beristirahat atau pergi ke sekolah menerima pelajaran ilmu dunia. Sore hari, para santri kembali mengaji hingga malam menjelang mengantarkan para santri ke peraduan.

Begitu terus setiap hari, hampir tidak mengenal hari libur. Para santri hanya libur mengaji bila musim libur sekolah tiba, di mana mereka pulang ke rumah orangtua masing-masing.

Dalam hal pembelajaran, tidak ada kelas pembelajaran bersama-sama. Para santri putra dididik oleh ustad, sedangkan santri putri dididik ustadzahnya dalam ruang terpisah.

Pergaulan para santri juga dibatasi. Pondok santri laki-laki terpisah dengan pondok santri perempuan. Hampir tidak mungkin santri laki-laki dan perempuan bisa berpapasan, apalagi bertatap muka di depan umum di lingkungan pondok pesantren. Tidak ada ceritanya santriwan dan santriwati bisa berjalan beriring bersama, terlihat dengan jelas oleh santri-santri yang lainnya. Para santri tidak diberi kesempatan untuk bisa berduaan dengan orang yang bukan mahram-nya.

Begitu pula dengan keluarga santri itu sendiri. Ayah atau wali laki-laki tidak diperbolehkan masuk ke kompleks pemondokan putri, dan sebaliknya.

Penggambaran Santri dan Budaya Pesantren yang Melenceng di Tayangan Hiburan

Sayangnya, suasana dan budaya Kota Santri yang sangat kental nuansa religinya ini 'dihancurkan' oleh tayangan film atau sinetron yang bertolak belakang dengan fakta aslinya. Ambil contoh film The Santri yang hingga kini hanya bisa dilihat trailer-nya, entah kapan tayang di bioskop.

Film hasil kerjasama PBNU dengan sutradara Livi Zheng ini sempat menuai kontroversi saat merilis trailer resmi pada akhir September tahun lalu. Netizen Indonesia bahkan mencuitkan tagar #BoikotFilmTheSantri karena menganggap penggambaran santri dalam film ini jauh melenceng dari fakta.

Adegan santriwan dan santriwati bisa berjalan bersama tanpa pembatas, lalu adegan tokoh utama yang diperankan Veve Zulfikar dan Wirda Mansyur tengah berduaan dianggap tidak sesuai dengan kultur santri dan tradisi pesantren pada umumnya.

Sebelum film The Santri, ada sinetron Pesantren & Rock n' Roll. Jika dibandingkan dengan film The Santri, film Pesantren & Rock n' Roll malah jauh lebih menyimpang dengan tradisi pesantren di Indonesia mengingat dalam film tersebut banyak adegan percintaan antara tokoh filmnya. Sementara latar belakang pesantrennya hampir tidak terlalu ditonjolkan.

Lalu ada film Perempuan Berkalung Sorban yang disutradari Hanung Bramantyo. Film dengan bintang utama Revalina S. Temat ini bahkan lebih kontroversial lagi. Imam Besar Masjid Istiqlal saat itu, almarhum K.H. Ali Mustafa Yaqub sampai menilai film ini telah menyakiti umat Islam dan fitnah terhadap pesantren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun