Namun penting untuk diperhatikan, tidak selamanya gaya bahasa akademis menyertakan struktur kalimat yang berbelit-belit atau abstrak, suara tulisan yang kaku, seperti yang diyakini beberapa orang.
Contoh kekeliruan yang sering dilakukan adalah penggunaan sudut pandang atau kata ganti. Beberapa penulis sering menggunakan kata ganti orang ketiga, misalnya dengan menyebut 'penulis' alih-alih 'saya/aku' dan menyebut 'pembaca' alih-alih 'kamu/kita'.
Memang, tidak ada yang bisa memaksakan gaya tulisan, seperti halnya tidak ada yang bisa memaksa kita untuk mengenakan gaya pakaian tertentu. Tapi kalau kita salah kostum saat menghadiri sebuah acara, bukankah itu mempengaruhi pandangan orang-orang yang ada di sekitar kita?
Nah, seperti itulah rasanya bila kita keliru menerapkan gaya tulisan. Membaca tulisan yang menggunakan kata ganti 'penulis' dan 'pembaca' rasanya aneh karena topik tulisannya populer, bukan untuk kalangan akademisi.