Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Memahami Nada, Suara, dan Gaya Tulisan

14 Oktober 2020   22:21 Diperbarui: 14 Oktober 2020   22:32 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nada (sikap) dan suara (kepribadian) menciptakan gaya (bahasa) penulisan (ilustrasi: unsplash.com/Daria Nepriakhina)

Perhatikan dua pernyataan di bawah ini:

Pak Joko:

Beberapa hari ini saya memperhatikan ada komputer yang tidak dimatikan pada akhir hari kerja. Kalian tahu, ini adalah kemungkinan pelanggaran keamanan serta pemborosan listrik. Saya tidak akan menolerir hal-hal semacam ini. Harap pastikan bahwa komputer Anda sudah mati sebelum Anda pulang, atau akan ada konsekuensi bagi siapapun yang tidak mematuhinya.

Mas Agus:

Halo semuanya! Saya tahu bahwa di PT Tunas Abadi ini kita semua berkomitmen untuk lingkungan kerja yang ramah lingkungan. Jadi saya meminta bantuan Anda terkait komputer. Kami telah melihat sejumlah komputer dibiarkan menyala secara tidak sengaja di malam hari. Saya ingin meminta kerjasama Anda dalam mematikan komputer Anda sebelum Anda pergi, yang membantu menghemat listrik. Terima kasih atas bantuan Anda!

Dua pernyataan itu intinya sama, tapi cara menyampaikannya tidak sama. Lebih tepatnya, nada, suara dan gaya tulisannya yang berbeda.

Pengertian Nada dan Suara Tulisan

Nada adalah bagian dari suara, dan jangan keliru membedakannya. Tone (nada) = sikap. Sedangkan voice (suara) = kepribadian.

Nada sering didefinisikan sebagai apa yang penulis rasakan tentang subjek tulisan dan mengungkapkan sikap penulis. Nada disampaikan melalui diksi (pilihan dan penggunaan kata dan frasa yang tepat), sudut pandang, sintaks (tata bahasa; bagaimana kita meletakkan kata dan frasa bersama), dan tingkat formalitas.

Sederhananya, nada mengacu pada penggunaan kata-kata dan gaya penulisan penulis untuk menyampaikan sikapnya terhadap suatu topik. Ini adalah cara kita mengekspresikan diri dalam tulisan yang dapat berkisar dari ramah hingga marah, dari dingin hingga intim.

Jika nada adalah sikap penulis terhadap topik tulisan, suara dapat dijelaskan sebagai kepribadian penulis yang dinyatakan secara tertulis. Nada (sikap) dan suara (kepribadian) menciptakan gaya (bahasa) penulisan.

Pengertian Gaya Tulisan

Gaya tulisan adalah cara kita menggunakan kata untuk menceritakan sebuah kisah. Dengan kata lain, ini adalah cara unik kita untuk menunjukkan kepribadian di atas kertas.

Sama seperti kita yang menyatukan barang-barang pakaian dan perhiasan, dan menerapkan make-up untuk menciptakan gaya pribadi. Cara kita menyusun pilihan kata, struktur kalimat, dan bahasa figuratif/deskriptif menggambarkan gaya tulisan kita.

Dalam hal bahasa ngeblog, seringkali kita membaca tulisan yang gaya bahasanya resmi, hingga seolah-olah kita sedang membaca esai akademis. Padahal kalau kita cermati, target pembacanya adalah anak-anak muda.

Analoginya, saat kita menghadiri acara resmi, mestinya gaya busana kita juga harus resmi. Gaya pakaian saat kongkow bersama teman tentu beda saat kita menghadiri kondangan. Begitu pula harusnya gaya bahasa tulisan kita.

Cara Menentukan Gaya Bahasa Tulisan

Bagamana cara menentukan gaya bahasa tulisan?

Mudah saja. Sebelum menulis, tanyakan pada diri sendiri 3 pertanyaan berikut:

  • Mengapa saya menulis ini?
  • Siapa pembaca yang saya tuju?
  • Apa yang saya ingin pembaca pelajari, pahami, atau pikirkan?

Jika kita ingin menulis artikel kreatif, tentang sebuah pengalaman dalam hidup kita, suara yang kita gunakan akan mengungkapkan perasaan kita tentang pengalaman tersebut. Sedih, antusias, jengkel atau gembira. Dalam tulisan kreatif atau artikel populer, kita membiarkan kepribadian kita muncul dalam bahasa yang kita pilih.

Misalnya, jika kita ingin menyampaikan sebuah pengalaman lucu atau memalukan, kata-kata dan nada bicara kita dalam tulisan akan mencerminkan hal itu. Kita menggunakan kata-kata informal, bahkan terdengar konyol atau menggunakan bahasa yang agak kasar. Kalimatnya cenderung pendek dan pilihan katanya menyiratkan energi.

Sebaliknya, jika kita ingin menulis tentang sebuah pengalaman kegagalan, kata-kata yang kita gunakan adalah kata-kata yang serius. Nada bicara kita muram, dan susunan kalimatnya lebih panjang. Suara kita terbaca lebih bijaksana dan reflektif.

Beda lagi bila target pembaca kita adalah kalangan akademis. Karena tujuan utama tulisan kita adalah untuk menunjukkan kemampuan kita dalam mengartikulasikan pengetahuan dan pengalaman, suara yang kita gunakan adalah suara akademis.

Pilihan kata dan frasanya lebih resmi, obyektif, berwibawa dan masuk akal. Dalam bahasa akademis, susunan kalimat kita harus berdasarkan bukti yang telah diperdebatkan secara rasional karena kita ingin menyampaikan proses berpikir kita kepada pembaca. Kita gunakan suara intelektual yang ditujukan pada kalangan intelektual pula.

Kekeliruan Penulis Dalam Menentukan Gaya Bahasa

Namun penting untuk diperhatikan, tidak selamanya gaya bahasa akademis menyertakan struktur kalimat yang berbelit-belit atau abstrak, suara tulisan yang kaku, seperti yang diyakini beberapa orang.

Contoh kekeliruan yang sering dilakukan adalah penggunaan sudut pandang atau kata ganti. Beberapa penulis sering menggunakan kata ganti orang ketiga, misalnya dengan menyebut 'penulis' alih-alih 'saya/aku' dan menyebut 'pembaca' alih-alih 'kamu/kita'.

Memang, tidak ada yang bisa memaksakan gaya tulisan, seperti halnya tidak ada yang bisa memaksa kita untuk mengenakan gaya pakaian tertentu. Tapi kalau kita salah kostum saat menghadiri sebuah acara, bukankah itu mempengaruhi pandangan orang-orang yang ada di sekitar kita?

Nah, seperti itulah rasanya bila kita keliru menerapkan gaya tulisan. Membaca tulisan yang menggunakan kata ganti 'penulis' dan 'pembaca' rasanya aneh karena topik tulisannya populer, bukan untuk kalangan akademisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun