"Rasanya beda-beda to, Mas?"
"Ya beda, Pak. Kalau arabika itu rasanya agak asam, seperti buah muda yang kecut. Kalau robusta rasanya agak seperti coklat. Kalau kopi nangka, aromanya saja yang seperti buah nangka. Rasanya hampir sama dengan arabika, cuma lebih eneg," kataku menjelaskan.
"Coba yang arabika saja, Mas."
"Seduhnya ditubruk atau disaring?"
Laki-laki itu sejenak berhenti makan ceker, lalu menoleh dan tersenyum.
"Wah, kalau Mas banyak tanya seperti ini, bisa-bisa pembelinya gak sabar dan malah gak jadi beli lho?"
"Ya memang harus seperti ini, Pak. Kecuali kalau pembelinya sudah langganan dan tahu apa yang ingin dipesannya. Nah, kalau Bapak ini kan belum pernah ke sini, jadi saya harus tanya-tanya dulu," jawabku.
"Oh begitu? Ya sudah, kopinya ditubruk saja."
Sementara aku menyiapkan kopi pesanannya, laki-laki itu bertanya,
"Cekernya buatan sendiri, Mas?"
 "Istri saya yang buat, Pak."