Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Campur Tangan Jenderal Nasution di Balik Jatuhnya Soekarno (Tamat)

1 Oktober 2020   11:18 Diperbarui: 1 Oktober 2020   16:11 6577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, hal pertama yang dilakukan Nasution adalah memperkuat posisi Soeharto dulu dengan meratifikasi Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), dan menutup pintu rapat-rapat agar partai berpaham komunis tidak dapat eksis di dunia politik Indonesia," jawab Alim.

"Maksudnya bagaimana, Lim? Kok aku masih belum mengerti?" tanya Karto.

"Begini, Supersemar memang memberi kuasa kepada Soeharto untuk menertibkan keamanan sekaligus mengambil keputusan-keputusan yang dianggap perlu agar jalannya pemerintahan tidak terganggu. Sebagai penerima perintah, Soeharto harus melaporkan segala tindakannya kepada presiden. Artinya, sebagai presiden Soekarno bisa sewaktu-waktu mencabut Supersemar apabila situasi dianggap sudah kondusif.

Karena itu, tindakan pertama Nasution sebagai ketua MPRS dalam Sidang Umum IV MPRS adalah mengesahkan Supersemar sebagai keputusan negara. Dengan keputusan ini berarti Supersemar tidak boleh lagi dicabut atau ditarik kembali karena sudah diambil alih oleh MPRS sebagai pemegang mandat tertinggi.

Namun Soekarno berusaha melawan keputusan MPRS yang dipimpin Nasution. Melalui pidato pertanggungjawaban berjudul 'Nawaksara' (Sembilan Butir Suara) yang dibacakan pada 22 Juni 1966, Soekarno mencoba menjelaskan duduk perkara pengangkatannya sebagai presiden seumur hidup dan rencana kerjanya sebagai presiden.

Pidato ini malah jadi senjata makan tuan. Tak sekalimat pun dalam pidatonya tersebut Soekarno menyinggung Gerakan 30 September. Inilah yang membuat Nasution dan segenap anggota MPRS gusar dan 'geregetan' dengan Soekarno. Alhasil, pidatonya ditolak. Sekalipun begitu, Soekarno masih menjabat sebagai presiden. Tapi kali ini tanpa kekuasaan sama sekali!

Satu per satu kewenangan Soekarno dipreteli Nasution. Melalui kepemimpinannya, MPRS mengeluarkan beberapa ketetapan penting seperti mencabut pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup, mengeluarkan TAP MPRS nomor 25 tahun 1966 tentang pelarangan faham komunis (Marxisme), pengesahan pembubaran PKI (yang sebelumnya hanya bersifat perintah dari Soeharto sebagai penerima Supersemar), dan juga memerintahkan pemilihan legislatif yang akan diselenggarakan pada bulan Juli 1968," jelas Alim.

"Oh, jadi ini yang kamu maksud campur tangan Nasution itu ya, Lim?" kata Burhan.

"Benar. Dengan posisinya sebagai Ketua MPRS dan didukung fakta dia hampir jadi korban keganasan Gestapu, Nasution berhasil mengarahkan MPRS untuk menjatuhkan Soekarno, sekaligus dalam satu kesempatan yang sama Nasution memberi jalan bagi Soeharto untuk berkuasa," jawab Alim.

"Maksudnya?" tanya Karto.

"Kamu masih ingat kan saat Soeharto baru menerima Supersemar, Nasution pernah memberi saran dan dukungan bahwa Soeharto dapat membentuk kabinet baru? Nah, Sidang Umum IV MPRS yang dipimpin Nasution juga menghasilkan keputusan untuk meningkatkan kekuasaan Soeharto dan secara resmi memerintahkannya untuk merumuskan kabinet baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun