"Kamu yakin dan sudah mantap bercerai?" tanya Eni pada adiknya, Erna.
"Sudah mbak."
"Pertimbangkan lagi lah, Er. Kasihan anakmu Aldi masih kecil begitu. Bersabarlah, siapa tahu suamimu akan berubah," kata Eni menasihati.
"Aku kurang sabar apa lagi Mbak. Mbak bayangkan sendiri, sejak menikah sampai sekarang aku tak pernah diberi nafkah. Gaji Mas Seno setiap bulan habis dipotong kantornya buat bayar cicilan. Untuk hidup sehari-hari, merawat dan membesarkan Aldi aku pakai uangku sendiri. Gak pernah aku diberi uang sama Mas Seno, Mbak......"
Perkataan Erna terhenti oleh isak tangisnya. Diusapnya air mata yang mulai menetes deras. Eni hanya bisa menghela nafas panjang mendengar kisah pilu rumah tangga adiknya itu.
"Kenapa kamu gak cerita dari dulu, Er?" tanya Eni.
"Aku gak mau Bapak tambah kepikiran, tambah sakit-sakitan kalau aku cerita perkara rumah tanggaku dengan Mas Seno. Selama 4 tahun ini aku sudah menahan diri, Mbak. Segala permintaan Mas Seno kuturuti. Adiknya punya hutang, aku yang melunasi. Aku juga tak pernah melalaikan kewajibanku sebagai istri. Tapi sabar kan ada batasnya, Mbak. Kali ini kesabaranku benar-benar sudah habis...." kata Erna tersendat-sendat.
***
Faktor Ekonomi, Penyebab Ramainya Istri Minta Cerai
Kisah di atas hanya ilustrasi yang mungkin saja terjadi dalam kehidupan berumah tangga. Suami tidak mampu menafkahi istri, kemudian istrinya minta cerai.
Memang, salah satu faktor yang mendasari banyaknya perceraian di masa pandemi saat ini tak lain adalah persoalan ekonomi. Banyak suami yang mendadak terkena PHK hingga tak punya penghasilan lagi untuk menafkahi keluarganya. Karena tidak lagi bekerja, suami lebih banyak tinggal di rumah. Dengan beban hidup yang kian sulit, kebersamaan suami istri di rumah akhirnya lebih banyak diwarnai percekcokan.