"Ejekan juga cenderung kontraproduktif, karena kemungkinan akan membuat orang tersebut semakin tertutup dan merasa lebih terpinggirkan."
Jadi, lebih baik sadari rasa sakit dan kebingungan yang dialami orang tersebut. Dengarkan dahulu dengan seksama penjelasan teori konspirasinya dan tunjukkan raut muka empati, bahwa kita memahami rasa tidak aman dan ketidaknyamanan yang dialaminya.
2. Ajak untuk Berpikir Kritis dan Ajukan Bukti yang Rasional
Strategi lain yang direkomendasikan Karen  Douglas adalah mendekati percakapan dengan istilah yang sepenuhnya rasional.
"Banyak penganut konspirasi memandang diri mereka sebagai pemikir kritis, jadi mungkin mencoba membalikkan keadaan ini pada mereka," katanya. "Misalnya, minta mereka untuk berpikir kritis tentang sumber informasi mereka. Apakah mereka kredibel?"
Contoh lain untuk mengajak penganut teori konspirasi berpikir kritis bisa juga seperti ini:
Misalnya ada yang mengatakan dokter atau rumah sakit mengambil keuntungan dari pasien yang di-Covid-kan, kita bisa bertanya balik:
"Informasi itu dari mana?"
"Lho, di grup-grup WA sudah banyak beredar informasinya lho mas. Kata temanku, rumah sakit-rumah sakit ini menawari keluarga pasien  yang meninggal karena sakit biasa uang 15 juga agar mau di-Covid-kan. Nanti, rumah sakitnya mengajukan dana ke pemerintah. Satu pasien dapat dana 90 juta. Nah, kan jadi untung 75 juta."
"Begini mbak. Pemerintah itu sudah kembang kempis, hutangnya banyak. Dari mana dana untuk nombokin rumah sakit. Lha wong insentif buat dokter dan perawat saja telat terus. Lagian mbak, banyak dokter dan perawat yang juga jadi korban. Masa rumah sakit dan dokter lain tega mengorbankan teman-temannya sendiri?"
3. Sabar
Kesabaran sangat penting saat menghadapi orang yang ngeyel atau keras kepala. Bagi penganut teori konspirasi, kurangnya bukti adanya persekongkolan jahat malah sering dianggap sebagai suatu cara untuk menutup-nutupi.Â
Jadi bersabarlah saat menantang fakta sambil peka terhadap argumen mereka.