Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anji, Ariel Noah, dan Influencer yang Kebablasan

3 Agustus 2020   09:33 Diperbarui: 4 Agustus 2020   21:35 2665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara Anji dengan Hadi Pranoto dianggap menyesatkan dan membodohi masyarakat (sumber gambar: tangkapan layar YouTube Dunia Manji)

"Saya tidak mau berbicara mengenai sesuatu yang saya tidak tahu ilmunya. Follower banyak, impact (efek)nya akan besar" -- Ariel Noah

Anji yang Kembali Berulah

Entah apa yang hendak dicari Anji. Musisi bernama lengkap Erdian Aji Prihartanto kembali menuai kecaman dari publik lantaran video wawancaranya dengan Hadi Pranoto dianggap menyebarkan informasi yang menyesatkan tentang Covid-19.

Pada jumat 31 Juli 2020, Anji mengunggah video wawancaranya dengan Hadi Pranoto di kanal YouTube Dunia Manji. Dalam video bertajuk "Bisa Kembali Normal? Obat Covid-19 Sudah Ditemukan!!", Anji memperkenalkan Hadi Pranoto sebagai profesor pakar mikrobiologi penemu obat Covid-19.

Saat diwawancari Anji, Hadi Pranoto mengklaim berhasil menemukan obat herbal antibodi yang mampu menyembuhkan dan mencegah Covid-19 dalam hitungan 2-3 hari. Hadi juga mengatakan telah mendistribusikan antibodi temuannya ke sejumlah wilayah Indonesia seperti, Jawa, Bali, dan Sumatra. Obat herbal tersebut, kata dia, bisa menyembuhkan ribuan pasien yang terkena corona.

Hadi juga mengatakan telah lama melakukan riset bersama timnya. Meski telah memproduksi ribuan botol, namun Hadi menyebut memiliki kendala dari segi anggaran dan biaya saat memproduksi obat herbal tersebut.

Klaim penemuan obat herbal antibodi inilah yang kemudian dipermasalahkan publik. Pasalnya, netizen tidak menemukan bukti ilmiah yang kuat perihal obat herbal antibodi buatan Hadi Pranoto.

Sosok Hadi Pranoto yang Sebenarnya

Selain itu, publik juga mempertanyakan gelar profesor dan pakar mikrobiologi yang disematkan Anji pada Hadi Pranoto. Setelah ditelusuri, tidak ada satu pun catatan, jurnal maupun rekam jejak digital lain yang mendukung kualifikasi kepakaran Hadi Pranoto di bidang mikrobiologi hingga pantas digelari "profesor".

Belakangan diketahui, Hadi Pranoto merupakan anak dari Abah Surya Atmaja, tokoh masyarakat yang sempat membuat heboh lantaran mengundang Raja Dangdut Rhoma Irama dalam hajatan khitanan saat pandemi Covid-19 di Bogor beberapa waktu lalu. Dalam sebuah tayangan di Kompas TV, Hadi Pranoto mewakili keluarga ayahnya memberikan klarifikasi serta meminta maaf, lantaran acara tersebut yang menjaring banyak massa bertolak belakang dengan prinsip social distancing di tengah pandemi covid-19.

Heboh video wawancara yang diunggah Anji tak hanya membuat warganet ramai berkomentar. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga turut berkomentar.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, di Indonesia telah diatur tentang produk herbal berupa jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

"Silakan cek produk yang diklaim oleh Hadi Pranoto apakah sudah terdaftar di BPOM atau Kementerian Kesehatan," kata Wiku saat dihubungi Kompas.com, Minggu (2/8/2020).

Jika ramuan herbal tersebut masih dalam tahap penelitian dan belum ada bukti ilmiah tentang keamanan dan efektivitasnya, Wiku mengatakan, tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat.

Sementara Wakil ketua umum PB IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Slamet Budiarto memastikan tidak ada nama Hadi Pranoto di dalam database kedokteran Indonesia yang memiliki kualifikasi ahli mikrobiologi. Dalam video, Anji sempat memanggil 'Dok', sapaan untuk pemilik gelar dokter.

Tanggapan dan Kecaman Dari Para Dokter

Beberapa dokter dan ahli kesehatan lain juga bereaksi keras menanggapi video Anji tersebut. Aris Ramdhani, dokter spesialis bedah umum menyatakan perbuatan Anji dengan menghadirkan narasumber yang tidak jelas latar jelas keilmuwannya tapi mengklaim menemukan obat, sangat membahayakan. Ia pun mencuitkan kegusarannya kepada suami Wina Natalia itu di akun twitternya.

Tanggapan lebih galak datang dari Ferdiriza Hamzah, dokter spesialis mata Lewat cuitan di akun twitternya, dokter yang juga penulis novel ini meminta IDI menyeret Anji dan Hadi Pranoto ke polisi.

"Seret ke jalur hukum," cuitnya sambil menautkan link berita portal yang memberitakan kegusaran IDI terhadap video unggahan Anji.

Tanggapan serupa juga disampaikan pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dr. Pandu Riono.

"Sudah waktunya orang-orang yang menyebarkan berita bohong itu ditindak tegas, termasuk Anji."

Meski mendukung langkah publik untuk membawa kasus video wawancara ini ke jalur hukum, namun Pandu Riono sendiri pesimis pihak berwenang akan memprosesnya.

"Kenapa setiap kebohongan yang disampaikan influencer atau tokoh yang berwenang tidak pernah ditindak? Tidak mungkinlah sejak awal pandemi: para menteri saja ngomong ngawur sampai terakhir promosikan kalung ajaib, dst. Kalau sekarang ada yang ditindak, bisa berlaku surut, berani?"

Transkrip Wawancara Anji yang Membodohi Masyarakat

Ini bukan pertama kalinya Anji mengunggah video kontroversial terkait Covid-19. Belum lama berselang, Anji menuai kecaman dari Pewarta Foto Indonesia (PFI) karena dinilai melecehkan karya jurnalistik terkait komentarnya atas foto jenazah COVID-19 yang terbungkus plastik di ruang perawatan.

Masih terkait foto jenazah, Anji juga menyebut COVID-19 memang benar ada tetapi tidak sebegitu mengerikan. PB IDI menyayangkan pernyataan ini mengingat pandemi virus Corona telah memakan banyak korban jiwa.

Beberapa kali mengulang kesalahan dan kontroversi, Anji pun diingatkan netizen untuk lebih berhati-hati mengunggah konten, terutama yang berkaitan dengan pandemi Covid-19. Dalam berbagai komentarnya, netizen mengamati Anji banyak menyiratkan ketidakpahamannya tentang masalah kesehatan maupun hal-hal lain yang belum sepenuhnya diketahui Anji.

Misalnya dalam potongan wawancaranya dengan Hadi Pranoto, Anji bertanya:

"Saya mendengar katanya Covid-19 di udara Indonesia itu kan panasnya bisa membunuh virusnya. Benar gak sih prof?"

Hadi Pranoto kemudian menjawab,

"Panas sinar matahari memang bisa membunuh virus secara keseluruhan, tapi kan jarak antara bumi dengan matahari itu kan cukup jauh sekali dan tidak mungkin virus yang begitu kuat dosisnya bisa terbunuh dengan sirkulasi udara yang ada di Indonesia. Walaupun kita mengenal Indonesia dengan agraris, ada panas ada hujan dan sebagainya. Tapi itu tidak bisa membunuh genetik dari Covid-19."

"30 derajat itu gak bisa?" tanya Anji.

"Oh tidak bisa, karena kalau mau membunuh Covid-19 kita butuh kepanasan di atas 350 derajat."

"Di atas 350 derajat?" tanya Anji memastikan.

"Iya, itu virus Covid-19 baru mati," jawab Hadi Pranoto tegas.

"Baja meleleh dong?"

"Yah, seperti itu kondisinya."

Sontak, transkrip wawancara yang beredar luas di media sosial itu pun menjadi bahan netizen untuk men-counter klaim kualifikasi Hadi Pranoto sebagai ahli mikrobiologi.

Anji (dan Influencer Lain) Harusnya Belajar Dari Ariel Noah

Dua kali jatuh ke lubang yang sama sepertinya belum menyadarkan Anji. Alih-alih meminta maaf, Anji justru melempar tanggung jawab ke Hadi Pranoto.

Menanggapi kecaman dari publik dan ahli kesehatan, Anji sempat menjawab lewat komentar di laman videonya.

"Saya rasa yang harus minta maaf adalah Pak Hadi Pranoto,  jika dia tidak bisa mempertanggungjawabkan kalimatnya. Saya kan juga bertanya di menit 4:39 dan 8:27. Saya tidak merasa berbuat tolol karena saya interviewer," tulisnya.

Komentar itu kemudian dihapus sendiri oleh Anji, namun sempat tertangkap layar dan terbaca oleh banyak netizen. Sementara video wawancaranya dengan Hadi Pranoto saat ini sudah dihapus oleh YouTube berkat laporan netizen.

Sebagai musisi sekaligus influencer yang memiliki banyak pengikut, Anji harusnya dapat belajar dari sosok Ariel Noah. Anji sendiri sempat mewawancari Ariel perihal ketokohannya sebagai musisi sekaligus influencer. Dalam wawancara tersebut, Ariel mengaku tidak mau bicara hal-hal yang ia belum tahu pasti ilmunya.

"Saya tidak mau berbicara mengenai sesuatu yang saya tidak tahu ilmunya. Follower banyak, impact (efek)nya akan besar"

Benar kata Ariel, setiap pernyataan dan tindakan seorang influencer dapat mempengaruhi pengikutnya. Pada titik inilah setiap influencer dituntut untuk bisa mengontrol diri mereka agar tidak mengeluarkan pernyataan atau ajakan yang menyalahi aturan, nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

Popularitas sering melenakan seseorang sehingga dia menjadi lepas kontrol. Ketika sedang berada dalam puncak popularitasnya, seseorang cenderung menjadi terbuai, sehingga kerap tidak lagi bisa berpikir dahulu sebelum bertindak.

Mentang-mentang sedang populer atau karena ingin menjadi populer, seseorang seringkali lepas kendali. Setiap ucapan dan tindakan dilepas begitu saja tanpa dipikirkan terlebih dahulu.

Tapi senakal-nakalnya dan sepopulernya Ariel, dia tidak pernah mengeluarkan pernyataan di luar kapasitasnya sebagai musisi. Dengan kharismanya, Ariel sudah tahu kalau dia tidak perlu mencari panggung dan bertindak konyol untuk dapat perhatian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun