"Ya wis boleh. Nanti biar Mas Burhan kusuruh beli lagi."
Malam hari ketika pulang dari kerja, Burhan melihat sepeda barunya sudah tak ada di garasi.
"Mah, sepedanya papah ditaruh di mana?"
"Anu Pah, tadi ada temanku datang terus naksir sepedanya. Dia langsung pingin beli. Dia kasih harga 6 juta lho pah. Ini 3 jutanya, terus yang 3 juta Mamah belikan kambing buat kurban. Tadi sudah nitip ke Pak Sarip.
Deg. Jantung Burhan serasa tertimpa beton ribuan kilo. Sepeda Brompton seharga puluhan juta dijual istrinya hanya 6 juta saja.
***
Ibadah kurban merupakan salah satu refleksi dari rasa syukur kita kepada Allah yang sudah menganugerahkan rezeki yang tak terhingga. Untuk menunaikan ibadah khusus ini, ada dua hal yang harus kita penuhi:
- Kemauan
- Kemampuan
Kita punya kemauan untuk berkurban, tapi bila kondisi ekonomi kita belum mampu kita belum bisa menunaikan ibadah kurban.
Begitu pula sebaliknya, secara ekonomi kita mampu. Punya penghasilan yang lebih dari cukup. Tapi kalau hati kita tidak tersentuh KEMAUAN, hasilnya sama seperti kisah pak Burhan di atas. Beli sepeda puluhan juta bisa, tapi untuk berkuban satu kambing terasa berat.
Kita sering membaca kisah-kisah diluar nalar, di mana seseorang yang secara hitung-hitungan matematika penghasilannya tidak cukup untuk membeli hewan kurban. Tapi ketika Idul Adha tiba, mereka mampu membelinya.
Mengapa bisa seperti itu?