"Iya Mah. Ini Papah juga usahakan setiap minggu bersepeda sama teman-teman dan relasi Papah. Kadang sebelum pergi kerja Papah juga sempatkan bersepeda keliling komplek," kata Burhan. Dalam hati dia bersyukur Mira tidak tahu harga sepeda yang sebenarnya. Karena kalau sampai tahu, bisa-bisa pecah perang dunia ketiga di antara mereka.
Hari demi hari berlalu, Hari Raya Kurban semakin dekat. Di suatu Senin yang cerah ketika Burhan sudah berangkat kerja, datang teman Mira ke rumahnya.
Melihat sepeda terparkir di depan garasi, iseng dia bertanya pada Mira.
"Wah, sepedanya baru ya Mbak?"
"Iya, punya suami saya. Katanya baru beli nitip temannya dari luar negeri. Yah, namanya hobi Mbak, meski mahal kadang dia beli juga."
"Berapa suami mbak beli?"
"Katanya sih tiga juta."
"Wah, murah banget mbak. Kalau boleh saya mbak. Nanti biar suaminya beli lagi nitip ke temannya. Lagi pingin sepedaan nih. Saya bayar 6 juta deh."
Mendengar penawaran temannya, otak Mira langsung berpikir cepat. Sepeda harganya 3 juta, dibeli 6 juta. Berarti dia untung 3 juta. Boleh juga nih untungnya nanti buat beli kambing kurban.
"Enam juta ya mbak?"
"Iya mbak. Langsung saya transfer hari ini juga."