Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ikhtiar Hajar dan Doa Gaya Lampu Aladdin

30 Juli 2020   23:45 Diperbarui: 30 Juli 2020   23:42 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikhtiar Hajar mengajarkan kita bahwa rezeki bisa datang dari arah yang tidak disangka-sangka (ilustrasi: unsplash.com/Aurelien Lemasson-Theobald)

Sepeninggal Ibrahim a.s, kegelisahan mulai melanda hati Hajar. Ismail, anaknya yang masih dalam gendongan menangis kehausan, sementara bekal air sudah lama habis tak tersisa.

Hajar menolehkan kepalanya, memandang ke arah bukit Safa. Antara percaya dan tidak percaya, Hajar melihat sekilas kilau air di kejauhan.

Hajar lalu meletakkan Ismail di dekat Ka'bah. Kemudian ia berlari-lari kecil menuju titik di mana kilau air itu dilihatnya. Semakin jauh ia melangkah ke bukit Safa, titik kilau air itu juga semakin menjauh. Terengah-engah, Hajar berhenti sejenak mengambil nafas.

Kemudian, Hajar mengalihkan pandangannya ke seberang, ke arah bukit Marwa. Kembali dilihatnya kilau titik air di sana. Dengan tekad bulat hendak mencari sesuatu yang bisa membasahi tenggorokan buah hatinya Ismail yang kehausan, Hajar berlari-lari kecil menuju bukit Marwa.

Sesampainya di sana, Hajar kembali menemui kenyataan pahit. Tak ada oase atau lubang-lubang air seperti yang terlihat oleh matanya tadi.

Namun Hajar tak juga putus asa. Lelah letih tak berkesudahan, kepayahan yang hampir menggoyahkan iman, Hajar terus mencari sumber air demi putra kesayangannya Ismail. Tujuh kali Hajar mondar-mandir antara bukit Shafa dan Marwa sementara bibirnya tak henti memanjatkan doa.

Akhirnya Allah menjawab doa Hajar, menjawab kebutuhannya, menjawab kelelahan yang mengiringi kesungguhan perjuangan dan pengabdian seorang istri sekaligus ibu bagi suami dan anaknya. Air memancar di bawah kaki Ismail kecil, di tempat Hajar meletakkan putra Ibrahim ini di dekat Ka'bah.

***

Doa Gaya Lampu Aladdin

Seringkali kita menempatkan doa sebagai "lampu Aladdin", dan Tuhan menjadi jin yang bersemayam di dalamnya. Ketika kita memohon, maka Tuhan harus keluar dari "lampu" itu. Bersimpuh di hadapan kita lalu berkata,

"Tuan, katakan kehendak tuan."

Kemudian "sim salabim", "abrakadabra", keinginan kita pun segera terkabul meski tanpa usaha berarti.

Ketika Tuhan tidak segera memenuhi kehendak kita, maka kita pun marah kepada-Nya. Kita kecewa dan segera membuang "lampu Aladdin" itu. Alangkah rendahnya konsep doa yang kita praktikkan selama ini.

Dalam satu riwayat, Umar bin Khattab pernah mendamprat seseorang yang ingin mendapatkan rezeki hanya dengan mengandalkan doa. Beliau berkata,

"Janganlah sekali-kali salah satu dari kalian berpangku tangan tidak mencari rezeki, seraya berkata, 'Ya Allah berilah aku rezeki'. Kalian tahu, langit tidak pernah menurunkan hujan emas juga perak".

Bandingkan doa 'lampu Aladdin" kita dengan ikhtiar Hajar. Ia berlari dari bukit Safa ke bukit Marwa mencari yang bisa membasahi tenggorokan buah hatinya Ismail yang belumlah besar. Tujuh kali bolak-balik, Allah belum juga menjawab doa dan ikhtiarnya. 

Sungguhpun Allah Maha Mendengar, Dia juga Maha Mengetahui. Allah menjawab doa Hajar dengan cara yang tak terduga, dari arah yang tak terkira.

Air justru hadir di bawah kaki Ismail kecil, di mana saat itu Hajar meletakkan Ismail di dekat Ka'bah. Bukan rute di antara Safa dan Marwa. 

Inilah yang ditafsirkan para ulama dari sepenggal ayat "min haitsu laa yah tasib..", dari arah yang tidak disangka-sangka.

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya" (QS. At-Thalaq: 2-3).

Terhadap ayat ini, Al-Ghazali, ulama pengarang "Ihya Ulumuddin" berkata,

"Sudah seharusnya manusia tahu bahwa Allah SWT lebih sering memberikan rezeki melalui jalan yang tidak disangka-sangka".

Adakalanya Allah memberi rezeki bukan dari mata pencaharian kita. Bisa jadi rezeki itu datang dari anak kita, dari tetangga kita, dari kerabat kita, dari saudara kita dan lainnya.

Dan, Allah memberikan rezeki itu tidak langsung pada saat kita berusaha. Tapi Dia melihat kesungguhan kita, melihat kelelahan kita yang diiringi dengan doa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun