Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yang Terbaik Belum Tentu Kita Butuhkan

23 Juni 2020   09:38 Diperbarui: 23 Juni 2020   09:40 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lebih baik menjadi Ikan Besar di Kolam Kecil daripada Ikan Kecil di Kolam Besar (ilustrasi: unsplash.com/Alice Dietrich)

Akhirnya, Monet, Renoir, Sisley, dan beberapa pelukis muda lain memutuskan untuk mengadakan pameran kecil pada tahun 1874. Walaupun hanya sekitar tigapuluh lima ratus orang yang hadir, itu lebih dari cukup. Dari sinilah mereka kemudian dikenal sebagai pelopor seni Impresionisme.

Yang Terbaik Belum Tentu Kita Butuhkan

Dalam bukunya David dan Goliath, Malcolm Gladwell berpendapat bahwa hal-hal yang biasanya kita lihat sebagai kelemahan justru dapat menjadi kekuatan tersembunyi yang membuat diri kita menjadi lebih kuat. Apa yang awalnya kita anggap sebagai penghalang bisa menjadi rahasia kemenangan. Dalam hal ini, lebih baik menjadi Ikan Besar di Kolam Kecil daripada Ikan Kecil di Kolam Besar.

Belajar di sekolah terbaik adalah impian setiap anak. Namun, sekolah terbaik sering menghasilkan lingkungan yang serba kompetitif. Setiap siswa berjuang keras untuk dapat menonjolkan diri sebagai yang terbaik.

Dalam kondisi seperti  ini, tidak mudah bagi seorang siswa  untuk bisa menonjol sesuai dengan bakat dan minatnya. Kadang, lingkungan yang terlalu kompetitif juga dapat menyebabkan seseorang mudah terkena depresi. Akar masalahnya adalah kita terbiasa untuk membandingkan diri dengan apa yang bisa dicapai orang lain.

Melihat suasana hati putriku yang dirundung galau itu, aku mencoba memberi motivasi . Sembari membesarkan hatinya bahwa insyaallah dia akan diterima di sekolah pilihannya, kukatakan juga kepadanya bahwa sepahit apa pun kenyataan yang dia terima nanti, seandainya dia tidak diterima di sekolah pilihannya, itu adalah yang terbaik untuknya saat ini.

Lebih Baik Jadi Ikan Besar di Kolam Kecil

Jika "terpaksa" belajar di sekolah yang "biasa-biasa saja", ada harapan besar seorang siswa bisa tumbuh dan berkembang dengan sewajarnya, alih-alih terlalu memikirkan persaingan untuk menjadi yang terbaik. Lebih baik menjadi ikan besar di kolam yang kecil dulu, daripada menjadi ikan kecil di kolam yang besar.

Semua orang tentu dapat menjadi ikan besar di kolam yang besar pula. Tapi, untuk itu dia harus menjadi ikan besar di kolam yang kecil dulu.

Dengan usia yang masih muda dan jenjang pendidikan yang masih terbuka lebar, biasakan anak-anak kita untuk menerima lingkungan sekolahnya di manapun dia diterima. Biarkan dia tumbuh menjadi ikan besar di kolamnya sendiri. Kelak, mungkin dia yang akan menjadi ikan paling besar di antara kumpulan ikan dalam kolam yang lebih besar.

Seperti pelopor seni lukis impresionis yang aku ceritakan di atas, awalnya pameran kecil mereka dicemooh kritikus dan penikmat seni Salon de Paris. Tetapi lambat laun ada orang lain yang tertarik pada karya mereka.

Seni Impresionis akhirnya mulai dipamerkan di New York dan London. Pada 1879, pameran lukisan-lukisan Renoir sukses dan dipuji banyak orang. Bertahun-tahun kemudian, Monet dan Pissarro mulai menikmati hasil kreativitas seni mereka. Hari ini, gabungan lukisan Impresionisme bernilai lebih dari satu miliar dolar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun