Michael H. Hart menempatkan Christopher Columbus di peringkat 9 dalam bukunya yang terkenal 100 Tokoh Paling Berpengaruh Di Dunia, satu tingkat di atas Albert Einstein.Â
Hart beralasan, perjalanan Columbus menyeberangi Samudera Atlantik hingga tidak sengaja menemukan benua Amerika merupakan salah satu titik balik penting dalam sejarah. Penemuan benua Amerika memulai era eksplorasi dan kolonisasi Dunia Baru.
Sejarah Singkat Christopher Columbus
Hampir setiap siswa yang pernah belajar sejarah dunia tahu dengan baik kisah hidup Columbus. Dilahirkan di Genoa, Italia pada 1451, Columbus tumbuh dewasa menjadi kapten kapal dan seorang navigator ulung.
Saat itu, beberapa kerajaan besar di Eropa tengah berlomba menemukan rute tercepat ke Asia Timur. Columbus sendiri, dengan bekal pengetahuan dan pengalamannya yakin sanggup menemukan rute praktis ke Asia Timur dengan cara menyeberangi Samudera Atlantik. Sayangnya, dia tidak punya biaya untuk mendanai perjalanan tersebut.
Akhirnya, Columbus pergi ke Spanyol dan berhasil membujuk Ratu Isabella I dari Castille untuk membiayai perjalanan penjelajahannya. Oleh Isabella, Columbus dibekali tiga kapal besar yakni Nina, Pinta, dan Santa Maria.Â
Rombongan penjelajah yang dipimpin Columbus ini berangkat dari Spanyol pada 3 Agustus 1492. Setelah menempuh perjalanan amat jauh dan menakutkan, pada 12 Oktober 1492 Columbus menginjakkan kaki di benua Amerika.
Columbus tiba kembali di Spanyol pada Maret tahun 1943. Di sana, Columbus disambut dengan penghormatan besar karena sudah menemukan Dunia Baru.Â
Atas prestasi gemilangnya tersebut, Ratu Isabella menjanjikan Columbus untuk menjadi gubernur di negeri manapun yang ditemukannya. Masa-masa pemerintahan Columbus di negeri jajahan inilah yang akhirnya menguak sisi gelap Columbus yang tak banyak diketahui dunia.
Sisi Gelap Christopher Columbus, Seorang Tiran yang Kejam
Columbus boleh jadi seorang navigator laut yang ulung. Tapi sebagai administrator pemerintahan, Columbus berwatak tiran yang rakus dan pendendam.
Sebagai gubernur dan raja muda Hindia, Columbus memberlakukan disiplin tangan besi pada koloni Spanyol pertama di Amerika, di tempat yang sekarang menjadi negara Karibia di Republik Dominika.Â
Hukuman yang diberlakukan Columbus termasuk memotong telinga dan hidung orang, mengarak perempuan telanjang di jalanan dan menjualnya sebagai budak.
Sebagian besar sisi gelap dan sejarah kelam pemerintahan Columbus di negeri jajahan Spanyol terungkap dari buku biografi Laurence Bergreen, Columbus: The Four Voyages.Â
Dalam bukunya, Bergreen mengungkap kekejaman Columbus dan anak buahnya yang hampir tak terbayangkan selama mereka berada di Karibia.
Bergreen mengutip surat-surat dari Michele de Cuneo, salah seorang anak buah Columbus yang ikut dalam ekspedisi kedua Columbus ke Amerika.
"Ketika saya berada di kapal, saya menangkap seorang wanita yang sangat cantik, yang diberikan Laksamana (Columbus) kepada saya. Ketika saya membawanya ke kabin, saya telanjangi dia - seperti kebiasaan mereka. Saya dipenuhi dengan keinginan untuk menyenangkan diri dan memuaskan keinginan saya. Dia tidak mau, dan mencakar saya sehingga saya berharap saya tidak pernah memulai. Saya kemudian mengambil seutas tali dan mencambuknya dengan keras, dan dia mengeluarkan teriakan yang luar biasa sehingga Anda tidak akan mempercayai telinga Anda. Akhirnya dia menurut, saya jamin, bahwa Anda akan mengira dia dibesarkan di sekolah untuk melacur."
Dokumen dari Cuneo juga mengungkapkan Columbus memerintahkan anak buahnya menangkap 1.500 penduduk asli, pria dan wanita. Columbus lalu membiarkan 400 orang pergi dan mengirim 500 penduduk asli Indian dikirim ke Spanyol, dan 600 lainnya diperbudak oleh anak buahnya yang tinggal di kepulauan tersebut.Â
Sekitar 200 Â dari 500 orang yang dikirim ke Spanyol meninggal dalam perjalanan, dan mayat mereka dilemparkan ke Samudera Atlantik.
Columbus Juga Bersikap Kejam Terhadap Orang Spanyol
Kekejaman Columbus tak hanya berlaku bagi penduduk asli Karibia dan Indian. Terhadap orang-orang Spanyol yang menjadi anak buahnya sendiri, Columbus juga bersikap bengis tak terkira.
Dia memerintahkan setidaknya selusin orang Spanyol "untuk dicambuk di depan umum, diikat di leher dan kaki". Columbus juga pernah memerintahkan agar lidah seorang wanita dipotong karena "berbicara buruk tentang Laksamana dan saudara-saudaranya."Â
Sementara wanita lain "ditelanjangi dan diletakkan di belakang keledai ... untuk dicambuk" sebagai hukuman karena mengaku hamil. Columbus juga "memerintahkan orang-orang Spanyol digantung karena mencuri roti".
Columbus tidak hanya memfasilitasi pembunuhan dan penyiksaan terhadap penduduk asli, ia juga seorang pedagang seks dan pedagang budak. Columbus menjual gadis-gadis berusia 9-10 tahun ke pasar perbudakan seksual.Â
Columbus sendiri mengakuinya lewat surat yang ia tulis kepada Dona Juana de la Torre, salah seorang teman Ratu Isabella.
"Ada banyak pedagang yang mencari perempuan; mereka yang berumur sembilan sampai sepuluh sekarang laris, dan untuk segala usia harga bagus harus dibayar."
Selain dari dokumentasi surat Michelle de Cuneo, bukti kekejaman Columbus juga didapatkan sejarawan Spanyol dari dokumen laporan untuk raja-raja Spanyol yang sebelumnya dilaporkan hilang. Dokumen itu ditulis oleh Francisco de Bobadilla, seorang anggota ordo ksatria agama, Ordo Calatrava, yang telah diminta Ratu Isabella dan Raja Ferdinand untuk menyelidiki tuduhan terhadap Columbus.
Dokumen setebal 48 halaman itu mengumpulkan bukti dari musuh-musuh Columbus dan pendukung pemerintahannya selama tujuh tahun. Bobadilla mengumpulkan kesaksian 23 orang yang telah melihat atau mendengar tentang perlakuan dan hukuman keji yang dijatuhkan oleh Columbus dan saudara-saudaranya.
"Bahkan mereka yang mencintainya harus mengakui kekejaman yang telah terjadi," kata Consuelo Varela, sejarawan Spanyol yang mempelajari dokumen tersebut.
Atas laporan tersebut, Columbus dicopot dari jabatannya sebagai gubernur Hindia dan digantikan Francisco de Bobadilla sendiri. Tak hanya itu, Columbus juga dikirim kembali ke Spanyol dalam keadaan dirantai. Meski setelah itu dia dibebaskan, namun Columbus tidak pernah lagi diberikan jabatan administratif.
Patung dan Monumen Columbus Jadi Sasaran Pengunjuk Rasa Aksi "Black Lives Matters"
Sisi gelap Columbus inilah yang menjadi penyebab para pengunjuk menargetkan patung dan monumen Columbus saat aksi demonstrasi "Black Live Matters" beberapa hari lalu.Â
Para pengunjuk rasa di Boston memenggal patung Columbus di North End dan sebuah monumen Columbus di Richmond, Virginia, dirobohkan dan dilemparkan ke danau. Sementara patung Columbus di beberapa wilayah lainnya mengalami vandalisme.
Khawatir aksi vandalisme itu merembet ke wilayahnya, Gubernur New York Andre Cuomo mencoba untuk mempertahankan monumen Columbus di Columbus Circle, Manhattan, New York dan meminta pengunjuk rasa untuk menghargai monumen.Â
Dalam pembelaannya, Cuomo mengatakan, "Saya mengerti perasaan tentang Christopher Columbus dan beberapa tindakannya, yang tidak akan didukung oleh siapa pun, tetapi patung itu datang untuk mewakili dan menandakan penghargaan untuk orang Italia-Amerika. Kontribusi ke New York ."
Ya, tindakan brutal dan kekejaman yang dilakukan Christopher Columbus selama masa jabatannya sebagai gubernur Hindia memang tidak dapat dibenarkan dan tidak akan di dukung oleh siapa pun. Tapi, mengutip apa yang dikatakan Michael H. Hart dalam bukunya, tidak adil menilai Columbus dengan standar etika masa kini.
Dunia menghargai Christopher Columbus bukan karena karakter dan watak jahatnya, tapi atas kontribusinya menemukan Dunia Baru, Benua Amerika (meskipun tidak sengaja). Sebagai dampak langsung dari penemuannya yang beritanya menyebar dengan cepat, dimulailah masa penaklukan dan kolonisasi wilayah-wilayah baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H