Pelajaran dan hikmah terbaik dari pandemi Covid-19 ini bukan bagaimana kita hidup berdampingan dengan virus corona. Bukan bagaimana kita merencanakan mitigasi dan mempersiapkan The New Normal, Tatanan Kehidupan Normal Baru. Pelajaran terbaik yang bisa kita ambil adalah bagaimana kita mempersiapkan kematian.
Silahkan saja menantang corona, silahkan saja meremehkan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan otoritas kesehatan negara kita. Tapi, beranikah kita meremehkan kematian yang sudah pasti akan menjemput kita?
Pembaca Kompasiana yang dirahmati Allah,
Betapa banyak orang yang di pagi hari tertawa, di sore hari ia ditangisi. Seseorang yang di malam hari ia menyalatkan dan menguburkan tetangga atau saudaranya, ternyata di pagi hari ia yang gantian disalatkan dan dikuburkan.
Sayangnya, kita seperti melupakan pelajaran paling penting ini. Kita seperti orang bodoh, yang meskipun berulangkali diberitahu, setiap saat diajari guru, tapi kita tidak mengerti juga apa pelajaran yang sedang disampaikan itu.
Ibnu Umar r.a. bertanya pada Rasulullah SAW :
"Wahai Rasulullah, orang mukmin mana yang paling cerdas?"
Rasulullah SAW menjawab,
"Yang paling banyak mengingat kematian, dan yang paling baik persiapannya untuk akhirat, mereka itulah orang-orang cerdas" (HR Ibnu Maajah no 4249).
Benar demikian apa yang disampaikan junjungan kita Nabi Muhammad dalam hadis di atas. Orang yang cerdas, mukmin yang cerdas adalah mereka yang tahu bahwa ia sama sekali tidak tahu kapan waktunya meninggalkan dunia ini, di mana nanti dan bagaimana caranya. Ia tidak tahu apakah kelak akan meninggal dalam keadaan khusnul khatimah atau malah dalam keadaan bermaksiat.