Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

2 Cara Mencapai Herd Immunity, Lewat Jalur Vaksin atau Infeksi?

14 Mei 2020   22:03 Diperbarui: 14 Mei 2020   22:09 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Vaksinasi adalah cara terbaik untuk mencapai herd immunity. Agar efektif dan penyakit tidak menular kembali, setiap orang harus memiliki tingkat kekebalan yang sama. Artinya, dosis vaksinasi pada setiap orang harus sama.

Masalahnya, kita sudah banyak mendengar bahwa vaksin Covid-19 tidak bisa tersedia dalam waktu dekat. Perkiraan optimis menurut para ahli adalah 12-18 bulan, sejak pertama kali dikembangkan. Itu artinya, kita harus menunggu hingga akhir tahun 2021 untuk bisa mendengar vaksin Covid-19 sukses disuntikkan ke manusia dan tidak membawa efek samping apapun. Perkiraan waktu ini belum menghitung masalah produksi massal dan pendistribusiannya ke milyaran manusia.

Bagaimana jika mencapai herd immunity dengan jalan infeksi?

Bahaya Herd Immunity Melalui Cara Infeksi

Cara ini hanya akan bekerja efektif jika setiap kita mendapatkan infeksi yang benar-benar membuat kita kebal terhadap penyakit, atau kekebalan yang kita miliki dapat bertahan cukup lama. Namun, bukan berarti mencapai kekebalan kelompok lewat jalur infeksi aman-aman saja.

Seperti halnya vaksin Covid-19 yang masih terus diteliti dan tidak tahu kapan bisa disuntikkan secara massal ke seluruh penduduk dunia, para ilmuwan masih belum tahu secara pasti, apa yang mempengaruhi kekebalan seseorang terhadap virus corona. Para peneliti hanya tahu orang membuat antibodi terhadap Covid-19, tapi tidak tahu jenis antibodi apa saja yang terlibat dan berapa lama ketahanan antibodi tersebut.

Lagipula, seseorang mungkin memiliki kekebalan yang cukup untuk mencegah mereka dari sakit dengan gejala. Tetapi kekebalan mereka tidak cukup untuk mencegah infeksi sehingga mereka menularkan penyakit kepada orang lain. Dengan kata lain, orang yang kebal masih bisa menjadi carrier bagi orang lain.

Inilah bahaya dari orang yang asimptomatik, atau Orang Tanpa Gejala. Mereka boleh kebal dari gejala penyakit Covid-19, tapi masih bisa menularkan virusnya pada orang lain yang tidak memiliki kekebalan tubuh yang sama.

Herd immunity melalui jalur infeksi ini mungkin bisa menjadi cara tercepat untuk mengakhiri pandemi, tapi cara ini justru bisa menyebabkan banyak korban jiwa. Pertimbangkan persentase kekebalan kelompok dalam populasi yang harus dicapai, sekitar 60-80%.

Hitung-hitungannya, Indonesia bisa mencapai ambang batas herd immunity jika minimal 150 juta warga terinfeksi virus corona. Dengan menggunakan perkiraan terendah angka kematian 0,5%, sekitar 750 ribu penduduk Indonesia akan meninggal dunia. Jika tingkat kematian mendekati 3%, maka Indonesia harus bersiap kehilangan 4,5 juta penduduknya!

Ini masih skala minimum, jika semua usaha pencegahan sudah dilakukan, transmisi penyebaran virus dihentikan. Bayangkan seandainya kurva kasusnya mendekati puncak, atau 80% penduduk harus terinfeksi agar dapat mencapai herd immunity. Sekitar 1 juta hingga 6 juta jiwa penduduk Indonesia akan meninggal dunia.

Faktanya, satu-satunya penyakit yang pernah diatasi dengan mencapai kekebalan kelompok adalah pandemi flu 1918, yang menewaskan sekitar 50 juta orang di seluruh dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun