Bukannya saya tak mau berempati terhadap orang lain yang menderita karena virus corona. Empati kepada dokter, perawat dan tenaga medis lain yang rela berkorban nyawa demi menyelamatkan pasien yang terpapar virus corona.
Bukan pula saya tak berempati kepada mereka yang terkena PHK, para perantau yang tak bisa mudik, ojek online yang tergerus penghasilannya, orangtua yang memikirkan SPP anaknya padahal sekolah cuma dari rumah saja.
Bersyukur, Kunci Menghadapi Kesulitan Saat Pandemi
Tidak seperti itu. Saya hanya mensyukuri suasana pandemi yang sesuai dengan apa yang dulu pernah saya harapkan. Ibaratnya, saya hanya mengambil waktu sejenak untuk berhenti dari lelahnya pendakian hidup dan menghargai pemandangan yang menakjubkan. Inilah bentuk rasa syukur itu.
Sebagai manusia beriman kita harus yakin bahwa pandemi ini tak akan bisa terjadi tanpa adanya ijin Allah. Kita harus yakin bahwa ini ketetapan Allah yang sudah pasti dan kita harus meyakininya. Sedangkan apapun yang merupakan ketetapan Allah bagi manusia yang beriman tentu ini adalah yang "terbaik" bagi umat-Nya meski kelihatannya bagi kita sebagai manusia merupakan keburukan.
Di dalam hidup ini kita harus mengerti bahwa bukan KEBAHAGIAAN yang membuat kita BERSYUKUR. Namun rasa SYUKURLAH yang akan membuat kita BAHAGIA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H