Belajar Untuk Tidak Mem-PHK Karyawan Dari Cara Barry-Wehmiller Saat Krisis Moneter
PHK Karyawan seolah-olah menjadi senjat pamungkas bagi perusahaan untuk bisa bertahan menghadapi badai resesi akibat pandemi Covid-19. Namun, seperti yang dikemukakan Menaker Ida Fauziah, ada beberapa cara yang bisa dilakukan pengusaha agar karyawan tidak sampai di-PHK.Â
Salah satu cara adalah dengan mencontoh apa yang dilakukan Bob Chapman, CEO Barry-Wehmiller - perusahaan teknologi manufaktur yang berbasis di St. Louis yang berusia 125 tahun.
Saat krisis moneter 2008, Bob Chapman dihadapkan pilihan yang sulit. Beberapa tahun sebelumnya, Barry-Wehmiller sudah mengucapkan janji setia dan komitmen terbuka bahwa mereka "mengukur kesuksesan dengan cara menyentuh kehidupan orang-orang".
Krisis moneter yang melanda dunia usaha pada saat itu membuat Bob Chapman mengalami dilema. Jika ingin bertahan, dia harus mengingkari komitmen yang sudah disampaikan secara terbuka. Jika memenuhi komitmen tersebut, kondisi keuangan perusahaan dapat terancam.
Bertekad untuk tidak mengingkari janji itu, Bob Chapman datang dengan opsi ketiga, yang tampaknya mustahil. Kebijakan yang akan memungkinkan perusahaannya bertahan dari resesi tanpa memberhentikan salah satu dari 12.000 lebih karyawannya.
Dengan menemukan cara-cara kreatif untuk menghindari karyawannya pergi, Barry-Wehmiller muncul di sisi lain dari resesi dengan kondisi yang lebih kuat, dengan tenaga kerja yang tidak hanya utuh, tetapi juga bersemangat.
Cara Bob Chapman Menjaga Karyawan Tidak Di-PHK
Bagaimana caranya?
Di puncak krisis keuangan pada 2009, Bob Chapman dipanggil dewan direksi Barry-Wehmiller. Dalam kesempatan itu, Chapman dinasihati untuk mulai mem- PHK agar perusahaan dapat  menyesuaikan biaya operasional dan tetap bertahan.Â
Pada saat itu, Chapman meyakinkan dewan direksi  bahwa perusahaan masih berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi badai. Menurut penilaian Chapman, perusahaan masih memiliki tumpukan pesanan dan prospek yang dapat menopang untuk beberapa bulan mendatang.
Namun, apa yang diharapkan Chapman bagai mimpi di siang bolong. Satu per satu kontrak pesanan dibatalkan. Ketika salah satu pelanggan terbesar merekai menahan pesanan senilai $ 20 juta, Chapman menyadari bahwa resesi akan menghantam jauh lebih cepat dan lebih keras daripada yang ia bayangkan.
Ketika penundaan dan pembatalan lain mulai bergulir, pendapatan Barry-Wehmiller mulai menguap. Chapman mulai dihadapkan dengan prospek merumahkan ribuan karyawan sehingga perusahaan yang berusia lebih dari seratus tahun dapat bertahan.