Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa setelah vaping, arteri femoralis (istilah umum yang terdiri dari beberapa arteri besar paha; arteri yang menyediakan darah ke paha, lutut dan kaki) berkembang rata-rata 34% lebih sedikit, karena berkurangnya aliran darah.Â
Menurut Felix Wehrli, profesor ilmu radiologi dan biofisika yang memimpin penelitian, efek ini menunjukkan adanya kerusakan pada endotelium (lapisan dalam pembuluh darah) yang berlangsung sekitar satu jam.
"Kami tahu pasti perubahan itu disebabkan oleh vaping," kata Wehrli.
"Di luar efek berbahaya nikotin, kami telah menunjukkan bahwa vaping memiliki efek mendadak dan langsung pada fungsi pembuluh darah tubuh, dan berpotensi menyebabkan konsekuensi berbahaya jangka panjang," jelas Wehrli dalam laporan penelitian yang dimuat di Journal of Radiology.
"Pada akhirnya," Wehrli menjelaskan, "itu akan mengarah pada aterosklerosis," yakni pengerasan dan penyempitan arteri yang membuat tubuh dan otak kekurangan oksigen dan nutrisi dan dapat menyebabkan stroke atau serangan jantung.
Apa sih vape itu?
Vape adalah seperangkat alat yang memanaskan cairan untuk membuat aerosol, atau uap. Cairan yang dipanaskan ini dapat berisi nikotin, ganja, atau apa yang banyak anak muda yakini sebagai perasa tidak berbahaya seperti kayu manis, mint, atau mangga.
Saat vape pertama kali diperkenalkan, banyak orang berpendapat bahwa vape dapat membantu perokok dewasa mengurangi kecanduan mereka pada rokok tradisional. Padahal faktanya tidak seperti yang mereka bayangkan.
Cairan vape yang tersedia secara komersial biasanya "mengandung kadar nikotin yang sangat tinggi, yang dapat membahayakan otak remaja yang sedang berkembang," kata Corinne Graffunder, direktur Pusat Pengendalian Penyakit dan Kantor Pencegahan AS tentang Merokok dan Kesehatan.
Bahkan menurut laporan CDC, uap yang dihasilkan dari vape mengandung bahan kimia penyebab kanker seperti timah, nikel, dan logam berat lainnya ditambah partikel tidak sehat yang mencapai jauh ke dalam paru-paru.
Sementara dalam penelitian lain yang diterbitkan di jurnal Thorax, sejumlah besar bahan kimia penyebab kanker seperti formaldehid diserap oleh saluran pernapasan selama sesi vaping. Penelitian ini menunjukkan ada potensi vaping menyebabkan perubahan yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit radang paru-paru seperti COPD (Chronic obstructive pulmonary disease/Penyakit paru obstruktif kronik). PPOKÂ adalah peradangan paru-paru yang persisten yang membuat penderitanya sulit bernapas.