"Guru BK gue dulu bilang gue gak akan bisa masuk Kedokteran. Nih buktinya apa yang dulu dibilang gue BK itu salah besar."
"Guru BK itu cuma tempat curhat dan cari-cari masalah."
Rasa merendahkan dan meremehkan yang tidak pada tempatnya, karena bagaimanapun juga apa yang sudah mereka raih saat ini tak lepas dari kontribusi para guru dan pendidik, termasuk pula guru BK. Tanpa disadari, apa yang dulu dikatakan guru BK yang dianggap meremehkan kemampuan siswa justru menjadi motivasi ekstrinsik dan melecut semangat mereka untuk membuktikan yang sebaliknya.
Sangat naif apabila ada orang yang menganggap apa yang didapatkannya hari ini lepas dari sumbangsih pemikiran, wawasan, pengetahuan hingga motivasi dari guru-gurunya. Alangkah lucunya apabila ada orang yang menganggap ia sukses tapi menihilkan peranan gurunya sendiri.
Dan guru itu tidak hanya kita temui di kelas pembelajaran saja. Teman, tetangga, hingga orang-orang yang tidak kita kenal namun karenanya kita menjadi terinspirasi dan mampu bertindak, mereka semua adalah guru kita.
Pola semacam ini bisa kita temui di era digital dalam dunia yang serba tersambung dan terhubung. Kita bisa menemui guru itu dalam tulisan, postingan di media sosial, atau kutipan-kutipan di manapun ia bisa ditemui.
Menjadi Guru yang Baik dengan Berdiri di Bahu Raksasa
Di Hari Guru Nasional ini, marilah kita berusaha menjadi kurcaci dan raksasa dengan sama baiknya. Sebagai kurcaci, kita berupaya mendapatkan pemandangan dari atas bahu tertinggi dengan mendaki, menaiki satu persatu pijakan yang akan menopang kita untuk mencapai posisi tertinggi. Inilah proses pendidikan seorang pendidik.
Sebagai raksasa, tugas kita jauh lebih berat. Kita sedang berusaha untuk memberikan bahu terbaik dan tertinggi bagi siswa atau orang yang belajar pada kita. Kita sedang berusaha untuk membuat bahu kita bisa berperan bagi orang lain.
Bahu yang baik tentu terlahir dari bahu yang sudah terlatih, yang mampu menahan beban berat, tapi tetap fleksibel. Bukan bahu yang mudah terkilir, tidak ada tonjolan yang bisa dipakai pijakan dan licin bagian atasnya hingga membuat orang yang berpijak mudah jatuh karenanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H