Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tema Hari Pangan Sedunia 2019 dalam Perspektif Ajaran Islam

16 Oktober 2019   23:41 Diperbarui: 16 Oktober 2019   23:52 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
poster tema Hari Pangan Sedunia 2019 (sumber: fao.org)

Jika anda tinggal di rumah yang baik, memiliki cukup makanan dan dapat membaca, anda adalah bagian dari kelompok terpilih.

Jika anda bangun pagi dan merasa sehat, anda lebih beruntung dari jutaan orang yang mungkin tidak akan dapat bertahan hidup minggu ini.

Jika anda tidak pernah merasakan bahaya perang, kesepian karena dipenjara, kesakitan karena penyiksanaan, atau kelaparan, anda berada selangkah lebih maju dibandingkan sekitar 820 juta orang di dunia.

Jika anda memiliki makanan di lemari pendingin, baju-baju di lemari pakaian, dan memiliki atap yang menaungi tempat anda beristirahat, anda lebih kaya dari 75% penduduk di dunia ini.

Jika anda memiliki uang di bank, di dompet, dan mampu membelanjakan sebagian uang untuk menikmati hidangan di restoran, anda merupakan anggota dari 8% kelompok orang-orang kaya di dunia.

Sejak 1981, Hari Pangan Sedunia yang diperingati sebagai penanda berdirinya Food and Agriculture Organization (FAO) mengadopsi tema yang berbeda setiap tahunnya untuk menyoroti bidang-bidang yang diperlukan untuk untuk segera disikapi bersama. 

Tahun ini, peringatan Hari Pangan Sedunia (World Food Day) yang jatuh setiap tanggal 16 Oktober mengambil tema "Our Action Our Future, Healthy Diets for #Zerohunger World". 

Tema Hari Pangan Sedunia tahun 2019 ini merupakan bagian dari tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) untuk menekan angka kelaparan di dunia yang sudah dimulai sejak 2018 dengan tema utama Zero Hunger.

Dikutip dari FAO, mencapai Zero Hunger bukan hanya tentang mengatasi kelaparan, tetapi juga memelihara orang, sambil memelihara planet ini. Tahun ini, Hari Pangan Sedunia menyerukan tindakan lintas sektor untuk membuat pola makan sehat dan berkelanjutan yang terjangkau dan dapat diakses oleh semua orang.

Mengapa FAO menyoroti pola makan yang sehat dan dapat terjangkau oleh semua orang?

Kontradiksi antara melonjaknya angka obesitas dan jumlah orang yang kelaparan

Pola makan sehat adalah pola makan yang memenuhi kebutuhan gizi individu dengan menyediakan makanan yang cukup, aman, bergizi, dan beragam untuk menjalani kehidupan yang aktif dan mengurangi risiko penyakit. Ini termasuk, antara lain, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, kacang-kacangan, biji-bijian dan biji-bijian, dan makanan yang rendah lemak (terutama lemak jenuh), gula dan garam.

Menurut FAO, ada ketimpangan yang sangat tajam dari pola makan dan gaya hidup yang dilakukan penduduk dunia pada saat ini. Banyak orang yang belum memahami pentingnya pola makan sehat dan banyak pula orang yang menghambur-hamburkan makanannya. Sementara di belahan dunia lain, makanan bergizi untuk mendukung pola makan sehat tidak tersedia atau terjangkau bagi banyak orang.

FAO menyoroti semakin melonjaknya angka obesitas yang disebabkan kombinasi dari pola makan yang tidak sehat dan gaya hidup yang tidak banyak bergerak.  Tingginya angka obesitas ini tidak hanya terdapat di negara maju, tetapi juga di negara-negara berpenghasilan rendah di mana kelaparan dan obesitas sering terjadi bersamaan.

Hingga saat ini terdapat lebih dari 670 juta orang dewasa dan 120 juta anak perempuan dan laki-laki (5-19 tahun) yang mengalami obesitas. Selain itu, ada lebih dari 40 juta anak di bawah usia 5 tahun kelebihan berat badan, sementara di satu sisi lebih dari 820 juta orang menderita kelaparan. Sebuah fakta yang sangat ironis.

Tema Hari Pangan Sedunia 2019 dalam Pandangan Al Quran

Dalam perspektif ajaran Islam, tema Hari Pangan Sedunia dua tahun terakhir ini sejalan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Bukan mengada-ada jika dikatakan sejak dini Al Quran telah membicarakan pangan dan pola makan yang sehat.

Di dalam surah Al Baqarah ayat 168 Allah berfirman,  

"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi."

Kata thayyib yang terdapat dalam teks ayat tersebut mengandung arti baik, berkualitas dan bermanfaat. Arti dari makanan yang thayyib ini berada dalam pengertian yang subyektif. Maksudnya, meskipun makanan itu secara obyektif baik dan bermanfaat bagi kita, namun belum tentu membawa manfaat bagi orang lain.

Misalnya, ada orang yang karena menderita penyakit tertentu, dia dilarang makan daging kambing. Atau bagi beberapa balita ada yang menderita alergi pada susu sapi. 

Secara obyektif, daging kambing dan susu sapi adalah makanan yang baik (dan halal zatnya), tapi secara subyektif bagi beberapa orang dua makanan ini tidak baik dan tidak membawa manfaat kesehatan.

Selama ini, para pendakwah lebih banyak fokus pada "makanan yang halal", tapi sering melupakan "makanan yang baik". Padahal halal dan baik ini berada dalam satu urutan perintah. 

Makanan yang baik tapi tidak halal jelas merupakan hal yang terlarang dalam Islam. Begitu pula dengan makanan yang halal, tapi menimbulkan efek yang tidak baik bagi individunya juga tidak diperbolehkan.

Perintah Al-Qur'an agar mengkonsumsi makanan halal dan thayyib menunjukkan kasih sayang Allah kepada semua umat manusia. Mereka diundang untuk menjaga kesehatan melalui pola makan yang sehat demi kebaikan dirinya sendiri.

Al Quran juga sejak dini memerintahkan umat Islam untuk memerangi kelaparan. Allah berfirman,

"Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi pangan bagi yang miskin" (Q.S. 107:1-2).

Menurut Quraish Shihab, ayat ini tidak berbicara tentang kewajiban "memberi pangan", tetapi kewajiban "menganjurkan memberi pangan". Artinya, setiap orang -- meskipun tidak memiliki kelebihan makanan -- dituntut untuk setidaknya dapat berperan sebagai "penganjur pemberian pangan".

Tugas ini dapat diperankan siapapun juga yang masih memiliki empati dan dapat merasakan penderitaan orang lain. Tugas yang bisa kita mulai dari rumah kita sendiri, dan dari hal-hal yang sederhana dahulu.

Misalnya, peringatkanlah anggota keluarga agar jangan memasak makanan yang berlebihan. Seandainya sudah terlanjur, jangan biarkan menjadi basi. Jika ada yang enggan memakannya, hadiahkanlah kepada orang lain karena masih banyak mulut yang menanti.

Ingat, masih ada 820 juta orang di dunia yang tidak tahu apa yang harus mereka makan hari ini. Bersyukurlah kita tidak termasuk dalam kelompok dari yang kekurangan pangan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun