Dengan memakai kata "organik", konsumen yang membeli tentu akan berpikir hasil pertanian tersebut memang diproses secara organik atau tidak menggunakan dan tidak mengandung residu bahan kimia apapun mulai dari saat budidaya hingga pengolahan pasca panen. Ketiadaan penggunaan pestisida dan pupuk kimia menimbulkan anggapan bahan pangan tersebut lebih sehat dan bergizi tinggi.
Untuk itu, sertifikat organik pada produk pertanian sangat penting agar produk tersebut memperoleh pengakuan bahwa hasil dari pertanian yang diusahakan tersebut benar-benar bebas dari berbagai residu bahan kimia.
Menurut penjelasan Janarko dan Nining, dua teman saya yang sudah berpengalaman membina pertanian organik di Bondowoso, produk pertanian organik dan non organik tidak bisa dibedakan secara fisik.Â
Karena itulah untuk memperkuat label organiknya, pencantuman label organik pada produk tersebut membutuhkan pengecekan dari lembaga terkait mulai dari tahap budidaya hingga penyimpanan benih.
Syarat Mendapatkan Label Organik
Masalahnya adalah, label organik ini didapat melalui proses panjang dengan biaya yang cukup mahal. Untuk mendapatkan sertifikat tersebut pun, harus melalui lembaga independen yang ditunjuk pemerintah.
"Yang berhak mengeluarkan sertifikat adalah lembaga independen yang ditunjuk oleh pemerintah di bagian pascapanen. Harganya Rp. 12 juta per tahun," ujar Profesor Anas D. Susila, ahli sayuran dan pertanian organik seperti dikutip dari CNNIndonesia.
Ada tahapan dan beberapa persyaratan untuk mendapatkan sertifikat organik. Selain itu, para petani harus mengisi beberapa formulir pendaftaran produk pangannya. Selanjutnya, akan ada proses pengecekan mulai dari proses budidaya hingga penyimpanan benih.
Proses pengecekan dan pencatatan ini meliputi keterangan dari petani mana, kapan dipanen, di petak nomer berapa lalu penyimpanan di baris mana. Selain itu menurut Nining, lahan pertanian organik juga harus terlokalisir.Â
Artinya tidak boleh bercampur dengan lahan pertanian konvensional dan juga harus terhindar dari residu asap kendaraan bermotor. Begitu pula dengan sumber daya untuk pengairannya harus dipisahkan supaya air yang diserap tanaman pada lahan tersebut benar-benar bebas dari residu bahan kimia.
Namun yang saya lihat di desa binaan Aqua ini berbeda dengan penjelasan teman saya tersebut. Beberapa area sawah milik penduduk yang diberi label pertanian sehat terletak di tepi jalan raya. Selain itu, sumber mata airnya bercampur dengan sumber mata air yang mengaliri lahan pertanian konvensional.