Alasan penting kedua adalah, teks lorem ipsum sangat mirip dengan teks aktual. Menyalin dan menempelkan beberapa kata yang sama akan menghasilkan distribusi huruf yang tidak merata. Dengan teks lorem ipsum, kita dapat fokus pada tampilan font (bentuk huruf) dan tata letak halaman dengan salinan yang hampir nyata.
Cara ini hampir sama dengan menuliskan kalimat "The quick brown fox jumps over the lazy dog" yang digunakan Windows untuk mempratinjau sebuah font karena kalimat itu menggunakan semua huruf alfabet.
Nah, itu tadi sejarah dan alasan penggunaan teks lorem ipsum yang sering kita jumpai pada template website atau perangkat lunak desain dan penerbitan lainnya. Kembali pada kasus koran Kompas edisi 10 Juli 2019 yang salah satu seksi tajuk utamanya termuat teks lorem ipsum, kemungkinan besar ini terjadi akibat kelalaian editor dan petugas percetakannya.
Namun, ada sisi baiknya lho dari koran Kompas yang salah cetak ini. Setidaknya kita bisa membelinya untuk koleksi yang cukup langka. Jarang-jarang ada penerbit besar sekelas Kompas bisa mengalami salah cetak yang cukup fatal seperti ini. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H