Ada yang unik sekaligus menggelitik dari koran Kompas edisi Rabu 10 Juli 2019. Pada bagian headline seksi olahraga di halaman depan, terlihat foto bintang tenis Roger Federer sedang melambaikan tangan. Namun, yang tertulis di tajuknya bukan tentang Roger Federer atau kalimat judul lainnya yang sesuai dengan topik, melainkan Lorem ipsum!
Para blogger, penulis konten, web designer, atau siapapun yang pekerjaannya berkaitan dengan internet tentu sudah akrab dengan frasa Lorem ipsum. Setiap template Wordpress atau Blogspot selalu ada tulisan Lorem ipsum-nya. Pengguna internet juga mungkin sering menjumpai situs atau halaman internet yang kontennya terdapat tulisan Lorem ipsum ini. Â
Memangnya apa sih Lorem ipsum ini? Apakah sejenis istilah umum di dunia internet? Padahal seperti tulisan yang kosong, tak ada artinya.
Memang benar, kalimat Lorem ipsum dan seterusnya adalah kalimat acak, tak beraturan dan tidak memiliki makna apapun. Dalam lingkup penerbitan dan desain grafis, Lorem ipsum adalah teks pengganti yang biasa digunakan untuk menunjukkan bentuk visual dokumen tanpa bergantung pada konten yang bermakna.
Maksudnya, tulisan Lorem ipsum ini digunakan sebagai pengganti sementara dari konten asli, untuk melihat bagaimana bentuk tampilan konten tersebut sebelum dicetak atau ditayangkan.
Bentuk teks lorem ipsum yang paling umum dan sering dijumpai adalah: Â Â
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Asal muasal dan Sejarah penggunaan teks lorem ipsum.
Teks lorem ipsum tersebut menggunakan bahasa Latin karena memang dikutip dari karya tulis Cicero pada abad ke-1 SM yang berjudul "De finibus bonorum et malorum" (Di ujung yang baik dan yang jahat). Karya tulis ini merupakan pandangan etika dari Cicero. Teks lorem ipsum yang sering kita jumpai berasal dari bagian 1.10.32 dan 1.10.33.
Namun, teks lorem ipsum yang umum digunakan pada template saat ini bukan bahasa Latin yang tepat. Dibandingkan dengan karya Cicero, teks lorem ipsum yang kita jumpai sepenuhnya omong kosong. Ada kata-kata yang ditambahkan, dihapus, dan diubah yang membuatnya jauh dari bentuk awalnya.
Adalah Richard McClintock, seorang sarjana Latin dan direktur publikasi di Hampden-Sydney College di Virginia, yang menemukan sumber asli dari kalimat Lorem ipsum ini sekitar tahun 1982. McClintock menemukan sumber teks aslinya ketika ia mencari kata Latin langka "consectetur" dalam literatur klasik. Hasil pencariannya mengarah pada karya tulis Cicero.
Berikut bagian yang relevan dari karya tulis Cicero, dengan bagian kutipan lorem ipsum (huruf tebal warna biru) yang digunakan saat ini:
Sed ut perspiciatis, unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam eaque ipsa, quae ab illo inventore veritatis et quasi architecto beatae vitae dicta sunt, explicabo. Nemo enim ipsam voluptatem, quia voluptas sit, aspernatur aut odit aut fugit, sed quia consequuntur magni dolores eos, qui ratione voluptatem sequi nesciunt, neque porro quisquam est, qui dolorem ipsum, quia dolor sit amet consectetur adipisci[ng] velit, sed quia non-numquam [do] eius modi tempora inci[di]dunt, ut labore et dolore magnam aliquam quaerat voluptatem. Ut enim ad minima veniam, quis nostrum[d]exercitationem ullam corporis suscipit laboriosam, nisi ut aliquid ex ea commodi consequatur? Quis autem vel eum iure reprehenderit, qui in ea voluptate velit esse, quam nihil molestiae consequatur, vel illum, qui dolorem eum fugiat, quo voluptas nulla pariatur.
Jika diartikan secara literal ke bahasa Inggris kemudian ke bahasa Indonesia, berbunyi:
Tetapi saya harus menjelaskan kepada Anda bagaimana semua gagasan yang keliru tentang mencela kesenangan dan rasa sakit yang memuji ini telah lahir dan saya akan memberi Anda penjelasan lengkap tentang sistem ini, dan menguraikan ajaran sebenarnya dari penjelajah besar kebenaran, sang pembangun-ahli. kebahagiaan manusia. Tidak ada yang menolak, tidak suka, atau menghindari kesenangan itu sendiri, karena itu adalah kesenangan, tetapi karena mereka yang tidak tahu bagaimana mengejar kesenangan secara rasional menghadapi konsekuensi yang sangat menyakitkan. Juga tidak ada lagi orang yang mencintai atau mengejar atau menginginkan untuk mendapatkan rasa sakit itu sendiri, karena itu adalah rasa sakit, tetapi kadang-kadang keadaan terjadi di mana kerja keras dan rasa sakit dapat memberinya kesenangan besar. Untuk mengambil contoh sepele, siapa di antara kita yang pernah melakukan latihan fisik yang melelahkan, kecuali untuk memperoleh beberapa keuntungan darinya? Tetapi siapa yang berhak menemukan kesalahan pada pria yang memilih untuk menikmati kesenangan yang tidak memiliki konsekuensi yang menyebalkan, atau orang yang menghindari rasa sakit yang tidak menghasilkan kesenangan yang dihasilkan?
Tidak diketahui secara pasti kapan teks lorem ipsum memperoleh bentuk standar seperti yang digunakan saat ini. Namun, tercatat teks lorem ipsum standar ini pertama kali dipopulerkan oleh iklan untuk lembar transfer Letraset.
Teks lorem ipsum masuk ke dunia perangkat lunak yang mulai pertengahan 1980-an ketika Aldus Corporation menggunakannya dalam grafik dan template pengolah kata untuk program penerbitan PageMaker. Setelah itu, banyak perangkat lunak pengolah kata lainnya seperti Apple Pages dan Keynote atau Microsoft Word juga menggunakan lorem ipsum sebagai teks pengganti. Lorem ipsum juga digunakan pada platform website seperti Joomla!, Wordpress, Blogspot dan platform lainnya.
Alasan digunakannya teks lorem ipsum
Seperti yang sudah kita lihat di bagian sebelumnya, teks lorem ipsum yang ada saat ini tidak memiliki arti apapun. Tapi mengapa masih digunakan jika itu kalimat yang tidak bermakna?
Mengapa seorang desainer website memilih untuk menggunakan teks lorem ipsum daripada beberapa paragraf dalam bahasa asli mereka? Mengapa mereka tidak menyalin dan menempelkan satu halaman dari sebuah artikel, buku lama atau teks yang memiliki arti lainnya?
Ada dua alasan mengapa lorem ipsum masih digunakan sebagai teks pengganti. Pertama supaya tidak mengganggu konsentrasi. Kok bisa?
Misalnya begini, ketika seseorang membuat template website, atau template perangkat lunak apapun yang tampilan visualnya mengandung teks, ia dan orang lain tidak akan terganggu saat menilainya seperti apa tampilan visualnya. Berbeda apabila template tersebut berisi teks yang bahasanya dimengerti dan mengandung arti. Kemungkinan fokus si pembuat template atau orang lain yang menilai akan terganggu dengan isi kalimat tersebut.
Karena itulah teks lorem ipsum ini digunakan. Selain bahasanya sangat asing (Latin), kalimatnya juga tidak mengandung pengertian apapun seandainya ada yang mengerti bahasanya. Benar-benar kalimat acak yang tidak bisa disusun ulang membentuk makna tertentu.
Alasan penting kedua adalah, teks lorem ipsum sangat mirip dengan teks aktual. Menyalin dan menempelkan beberapa kata yang sama akan menghasilkan distribusi huruf yang tidak merata. Dengan teks lorem ipsum, kita dapat fokus pada tampilan font (bentuk huruf) dan tata letak halaman dengan salinan yang hampir nyata.
Cara ini hampir sama dengan menuliskan kalimat "The quick brown fox jumps over the lazy dog" yang digunakan Windows untuk mempratinjau sebuah font karena kalimat itu menggunakan semua huruf alfabet.
Nah, itu tadi sejarah dan alasan penggunaan teks lorem ipsum yang sering kita jumpai pada template website atau perangkat lunak desain dan penerbitan lainnya. Kembali pada kasus koran Kompas edisi 10 Juli 2019 yang salah satu seksi tajuk utamanya termuat teks lorem ipsum, kemungkinan besar ini terjadi akibat kelalaian editor dan petugas percetakannya.
Namun, ada sisi baiknya lho dari koran Kompas yang salah cetak ini. Setidaknya kita bisa membelinya untuk koleksi yang cukup langka. Jarang-jarang ada penerbit besar sekelas Kompas bisa mengalami salah cetak yang cukup fatal seperti ini. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H