"Begini Mbak. Lebaran besok Mbak Nisa kan nggak pulang, jadi saya juga ikut tinggal disini. Tapi..." Didik tidak melanjutkan bicaranya. Matanya takut-takut menatap wajah Nisa.
"Tapi kenapa Mas? Gak papa kok saya ditinggal sendiri," kata Nisa.
"Bukan begitu Mbak. Ini sudah jadi tanggung jawab dan amanah saya buat jaga rumah kalau ada yang tinggal. Cuma, saya jadi gak enak kalau harus berdua sama Mbak Nisa di rumah. Gak baik Mbak...." kata Didik dengan suara perlahan.
Nisa menghela nafas. Dirinya tahu apa yang dimaksudkan Didik. Dirinya juga mengerti posisi dan tanggung jawab Didik sebagai penjaga rumah kost tersebut. Namun, dia juga tidak tahu harus menginap dimana saat lebaran nanti selain di rumah kost ini.
Lama mereka berdua terdiam dengan pikiran masing-masing. Akhirnya Didik memberanikan diri mengatakan usulannya.
"Kalau Mbak Nisa mau, Mbak Nisa bisa menginap sementara di rumah saya dan berlebaran di kampung. Tadi malam saya sudah menelpon Ibu disana, dan beliau senang kalau Mbak Nisa mau menginap. Nanti, Mbak Nisa bisa tidur di kamar adik saya yang gak jadi pulang kampung. Sama, tiketnya mahal katanya," kata Didik sambil mencoba tersenyum.
Wajah Nisa merona mendengar usulan Didik. Apa nanti kata orang, apalagi teman-teman kostnya bila mereka tahu dia menginap di rumah Didik? Tapi Nisa berpikir, cuma ini satu-satunya jalan keluar yang tepat bagi Didik, dan juga bagi dirinya.
"Nanti saya malah merepotkan keluarga Mas Didik," kata Nisa dengan menundukkan wajah. Semburat rona merah masih memancar di wajahnya.
"Nggak kok. Ibu malah senang, katanya ada teman mengobrol. Semenjak adik saya ikut suaminya merantau, Ibu sering merasa kesepian. Jangan khawatir, masih ada lebaran kok di kampung saya," kata Didik tersenyum mencoba mencairkan suasana diantara mereka. Mau tak mau Nisa juga ikut tersenyum.
"Tapi, apa Mas Didik gak khawatir dengan omongan tetangga atau teman-teman Mas disana? Kok tiba-tiba ada perempuan asing menginap di rumah?" tanya Nisa kemudian.
"Saya sudah siap kok Mbak."