Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Awas, 3 Hadis Populer ini Ternyata Hadis Palsu!

28 Mei 2019   10:24 Diperbarui: 28 Mei 2019   10:48 2576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Selagi kamu telah diberi kitab Allah, maka ia harus diamalkan. Tidak ada alasan bagi seseorang untuk meninggalkannya. Apabila tidak ada keterangan dalam kitab Allah, maka (kamu harus memakai) Sunnah dari padaku yang sudah berjalan. Apabila tidak ada keterangan dalam Sunnah, maka (kamu harus memakai) pendapat para shahabatku. Karena sesungguhnya, para Sahabatku itu ibarat bintang-bintang di langit. Mana yang kamu ambil pendapatnya, kamu akan mendapatkan petunjuk. Dan perbedaan (pendapat) para Sahabatku itu merupakan rahmat bagi kamu."

Menurut KH. Ali Mustafa Yaqub, jika disandarkan pada versi pertama, yakni ungkapan itu bukan penggalan melainkan berdiri sendiri, pernyataan "Perbedaan itu adalah Rahmat" bukan sebuah hadis. Karena, meskipun diriwayatkan oleh Al Baihaqi, tapi tidak disertai sanad. Sedangkan syarat mutlak sebuah hadis itu adalah harus ada sanad dan matan.

Sedangkan versi kedua, meski mempunyai sanad tapi kualitasnya sangat lemah, karena ada beberapa rawi hadis dalam sanad tersebut dianggap lemah bahkan diketahui pendusta (pemalsu). Bahkan rawi terakhir, yakni Ibnu Muzahim Al Hilali dianggap tidak pernah bertemu Ibnu Abbas, yang disebut sebagai sumber pertama hadis tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ungkapan "Perbedaan (pendapat) umatku adalah rahmat" tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiyah alias hadis palsu.

Terhadap substansi ungkapan ini, KH. Ali Mustafa Yaqub mengutip pendapat Al Khattabi yang memberi solusi dalam menanggapi perbedaan pendapat tentang substansi ungkapan ini diantara para ulama. Dalam masalah-masalah yang prinsip terutama bab Akidah dan Ketauhidan, umat Islam dituntut untuk bersatu dan tidak berbeda pendapat. Dalam hal-hal seperti ini ayat-ayat al-Qur'an yang mengharuskan persatuan itu diterapkan. 

Sementara dalam hal masalah-masalah furu'iyah/khilafiyah (masalah yang tidak prinsip dalam syariat Islam), perbedaan pendapat itu tetap ditolerir selama hal itu timbul sebagai konsekuensi adanya ijtihad, bukan timbul karena kepentingan sempit dan sesaat. Meskipun begitu, Hadis -atau ungkapan yang diklaim sebagai Hadis -- di atas tetap tidak dibenarkan untuk dijadikan justifikasi.

Selengkapnya lihat: Ali Mustafa Ya'qub, Hadis-Hadis Bermasalah, Pustaka Firdaus, 2003, h.8-12.

***

3. Cinta Tanah Air sebagian dari Iman

Ungkapan yang dianggap sebagai hadis ini kerap dimunculkan dalam konteks politik. Narasinya dianggap bisa menggugah dan menumbuhkan semangat patriotisme bagi kalangan umat islam, terutama anak-anak mudanya. Tapi, benarkah ungkapan itu adalah hadis yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW?

Redaksi asli ungkapan ini adalah: 

Mencintai tanah air itu adalah sebagian dari iman.

Sekalipun populer dan sering dikutip untuk menumbuhkan semangat patriotisme dan kebangsaan, para ulama sepakat bahwa hadis ini adalah palsu!

Imam al~Suyuti dan Imam al Sakhawi ketika mengomentari Hadis itu berkata, "Lam aqif 'alaihi" (saya tidak menemukannya). Dengan kata lain, kedua imam ini mengatakan hadis tersebut adalah palsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun