Kecurigaan publik bahwa pihak petahana akan menggalang massa dengan berbagai cara juga harus dimaklumi karena pada hari yang sama (13 April 2019), Kementrian BUMN menggelar acara ulang tahun di kawasan Monas. Untuk memeriahkan acara tersebut, Kementrian BUMN mewajibkan setiap karyawan BUMN harus datang dengan mengajak keluarganya yang sudah berusia diatas 17 tahun!
Surat undangan ulang tahun BUMN tersebut sudah beredar luas di jejaring sosial. Sehubungan dengan isu tak sedap ini, Menteri BUMN Rini Sumarno akhirnya mengklarifikasi dan memutuskan acara ulang tahun BUMN diundur pada tanggal 20 April, dengan lokasi acara menyusul.
"Ternyata di GBK ada kampanye jadi kayaknya sulit, jadi sebelumnya sudah terjadwal karena tanggal 13 pas ulang tahun kita, jadi di daerah-daerah lain kita bikin tanggal lain. Tapi persis lainnya di depan (Monas) tapi ternyata sulit rupanya besar sekali, acara GBK besar sekali, kita putuskan tanggal 20 April 2019," katanya.
Perayaan HUT BUMN ini, lanjut dia, untuk memberikan penghargaan kepada seluruh karyawan BUMN yang telah bekerja keras. Apalagi menurut Rini, untung BUMN di akhir 2018 telah mencapai Rp200 triliun setelah audit Badan Pemeriksa Keuangan.
"Kami sudah bekerja keras semua, senang-senang dong, makanya kita bikinnya di mana-mana bukan hanya satu BUMN tapi ramai-ramai seluruh BUMN kita undang. Rencana di Jakarta memang besar sekali, tapi kita melihat tanggal 20 saja," ujarnya.
Tiga acara dengan jumlah massa yang banyak terjadi pada hari yang sama. Sulit sekali untuk mempercayai ketiga acara tersebut tidak memiliki kaitan satu sama lain. Publik akhirnya beranggapan hal ini  sebagai akal-akalan dan ilusi dari kubu petahana agar kampanye mereka terlihat lebih besar dari kampanye Prabowo-Sandi!
Kampanye Akbar yang bisa menjadi blunder terakhir
Keadaan ini justru akan menguntungkan pihak Prabowo-Sandi. Alih-alih menuai simpati dan diharapkan bisa memanen suara, kampanye akbar paslon nomor 01 bisa menjadi blunder terakhir mereka menjelang masa tenang 14-16 April. Â
Alasan utama mengapa saya menganalisis kampanye akbar paslon nomor 01 menjadi blunder terakhir mereka adalah karena publik sudah melihat bagaimana pelaksanaan kampanye akbar Prabowo-Sandi yang dihadiri lautan manusia. Kegiatannya penuh nuansa religius, meskipun ada beberapa pihak yang menuding konsep kampanye tersebut justru bersifat eksklusif dan mencirikan politik identitas.
Tapi, itulah yang menjadi ciri khas kampanye Prabowo-Sandi selama ini. Nyaris tanpa hiburan musik. Meskipun di kubu Prabowo-Sandi sendiri banyak artis dan selebritis yang mendukung, tapi dalam setiap kampanyenya, Prabowo-Sandi jarang sekali, kalau boleh dibilang hampir tidak pernah memberikan hiburan musik pada pendukung yang menghadiri kampanye. Kecuali grup Sabyan!
Grup musik gambus ini memang beberapa kali menemani cawapres Sandiaga Uno dalam kegiatan kampanyenya. Justru, disinilah letak keistimewaan kampanye Prabowo-Sandi. Sabyan itu aliran musiknya spesifik, musik gambus yang identik dengan nuansa religi agama Islam. Tapi, itu tidak menghalangi massa dari lintas agama untuk tetap bersemangat datang menghadiri setiap kampanye Prabowo-Sandi.
Hal ini juga bisa dilihat saat kampanye akbar paslon nomor 02 ini di GBK pada Minggu (7/4) kemarin. Meskipun kental sekali dengan nuansa Islami, banyak tokoh dan masyarakat lintas agama yang hadir. Foto-foto yang menggambarkan pemeluk Kristen berdo'a berdampingan dengan muslimah bercadar menghiasi beranda media sosial. Foto-foto biksu dengan purnawirawan jenderal beragama Katolik yang bersama mengacungkan simbol dua jari beredar luas.