Tepat di hari peresmian moda transportasi Mass Rapid Transport (MRT) Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menuliskan surat terbuka kepada para pekerja MRT. Bila ada yang belum sempat membacanya, berikut saya kutipkan surat terbuka tersebut dikutip dari laman Facebook Anies Baswedan:
Kepada Yth.
Para Pekerja Pembangunan MRT JakartaAssalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Ibu dan Bapak yang saya hormati, saya menuliskan pesan ini untuk ucapkan terima kasih. Mengirimkan apresiasi pada semua yang pernah bekerja untuk membangun MRT ini.
Saya sudah berkali-kali naik MRT, tapi tadi pagi berbeda. Pagi ini bersejarah karena MRT akan diresmikan. Di perjalanan menuju lokasi acara, wajah para pekerja itulah yang muncul di benak saya.
Mereka yang berpeluh siang malam. Saya tahu persis karena hampir setiap malam lewat sekitar tiang-tiang pancang. Di malam gulita, saat mayoritas warga telah tidur, Anda semua masih berkeringat. Bekerja tanpa henti.
Ibu, Bapak dan Saudara semua, kerja keras itu, butiran keringat jernih itu yang membuat bangsa kita bisa cemerlang. MRT adalah kristal cemerlang dari keringat Ibu, Bapak dan Saudara semua.
Kita tahu bahwa Borobudur itu dibangun selama lebih dari 100 tahun; bangsa kita memang punya stamina untuk membuat karya monumental lintas masa. Kita kagum karyanya tapi tak pernah kenal nama-nama para pekerjanya. Memang para pekerja di balik karya besar selalu tersembunyi, tapi karyanya dirasakan dan membanggakan.
Saya sudah meminta kepada Direksi PT. MRT bahwa kali ini harap dicatat setiap nama yang terlibat, sekecil apapun termasuk para pekerja paling operasional. Dokumentasikan semua, dan izinkan kami, bangsa Indonesia, mengenal orang-orang yang bekerja keras dalam sunyi untuk mengubah wajah ibu kota.
Hari ini mungkin Anda di rumah, menonton di televisi atau membaca beritanya. Anda tidak berada di lokasi, tak menyaksikan langsung hasil kerja keras yang anda lakukan. Tapi ketahuilah, tepuk tangan tadi membahana. Ribuan bertepuk-tangan. Izinkan saya menegaskan bahwa tepuk tangan itu sesungguhnya untuk Anda, untuk tiap jiwa yang bekerja dalam senyap.
Bapak, Ibu dan Saudara semua, Anda telah mengubah wajah ibu kota, hasil kerja Anda akan memudahkan hidup jutaan orang selama puluhan tahun yang akan datang. Mereka semua hampir pasti tidak kenal dengan nama Anda tapi semua pasti merasakan karya Anda yang akan berbekas sepanjang sejarah.
Kami yang berdiri di atas panggung saat ini, gelintiran jumlahnya, tak sebanding dengan Ibu-Bapak yang ratusan ribu jumlahnya yang bekerja tak tampak, jauh dari sorotan publik.
Atas nama rakyat Jakarta, saya mengirimkan rasa terima kasih dan rasa hormat pada Ibu, Bapak dan Saudara semua. Di manapun Anda berada, kami mendoakan. Semoga tiap butir keringat itu akan dicatat sebagai amal shaleh, dan setiap kemudahan yang dirasakan oleh pengguna MRT akan dicatat sebagai amal jariyah bagi Anda semua.
Wassalamu'alaikum warrahmatulahi wabarakatuh.
Salam,
Anies Baswedan
Semenjak menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan selalu menggunakan laman Facebooknya untuk melaporkan nyaris semua kegiatan kepemimpinannya. Bahasa yang digunakannya santun, berpola pikir yang baik, dengan diksi yang tertata rapi.
Tak ada sindiran-sindiran atau sentimen kepada siapapun. Apalagi kata-kata kasar atau menghujat. Bahkan terhadap akun-akun yang mengkritik cenderung menghina dirinya di laman Facebooknya pun ditanggapi dengan santun pula.
Sejak diusung Prabowo dan kemudian memenangkan kontestasi pilkada Jakarta, Anies seolah berubah 180 derajat. Saat masih bersama gerbong Jokowi, Anies kerap melontarkan sindiran yang ditujukan pada Prabowo dan pihak oposisi. Meskipun dengan bahasa yang intelek dan menunjukkan tingkat literasi yang sangat tinggi.
Anies Baswedan yang sekarang bukan lagi Anies Baswedan saat masih menjadi bagian dari pemerintahan Jokowi. Anies yang sekarang adalah sosok pemimpin yang tak segan menghargai jerih payah pendahulunya. Anies yang sekarang adalah sosok pemimpin yang tak sungkan merangkul mereka yang berseberangan dengan dirinya. Menyatukan semua tingkat dan golongan warganya.
Tutur kata Anies yang santun dan berbudi luhur seperti dalam surat terbukanya tersebut menyadarkan kita begitu pentingnya memilih pemimpin (pejabat publik) yang memiliki pola pikir dan diksi baik. Bukan hanya untuk mencegah salah tafsir dan konflik/perpecahan/kegaduhan di masyarakat. Namun juga untuk menjaga harkat dirinya, institusinya, dan orang/pihak lain. Selain itu juga untuk menjaga keberlanjutan pengelolaan ke depan. Dan Anies sangat piawai dalam hal tersebut.
Pada saat peresmian MRT, Anies mengapresiasi hasil kerja gubernur-gubernur terdahulu. Mulai dari jaman Surjadi Sudirja hingga Basuki Tjahaja Purnama. Tak lupa juga mengapresiasi presiden, menteri hingga pihak-pihak lain yang ikut berkontribusi.
Saat peresmian MRT, Â Anies juga tak lupa mengapresiasi para pekerja pembangunan yang bekerja dalam sunyi, jauh dari liputan media namun ia anggap telah menorehkan sejarah. Sesuatu yang jarang sekali dilakukan oleh para pemimpin kita, hingga dalam tataran presiden sekalipun.
Dalam peresmian MRT yang bersejarah bagi warga Jakarta khususnya, Anies mengklaim bahwa kerja bersamalah yang mendukung dan mendorong hingga rampungnya  pekerjaan kolosal itu. Gubernur Anies betul, terwujudnya moda transportasi massal di ibukota ini adalah buah dari kerja bersama.
Narasi seperti ini sangat penting bagi publik dan pengelolaan ke depan. Tak hanya menumbuhkan kepercayaan pada pemimpin, lebih dari itu narasi seperti yang disampaikan Anies juga menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan dalam masyarakat itu sendiri. Narasi yang bisa menghindarkan kita dari perpecahan, saling unjuk gigi merasa paling berjasa dalam pembangunan.
Dari surat terbuka Anies tersebut, ada satu ucapan yang penting untuk kita renungkan: "... dengan turut menjaganya sebagai aset bersama". MRT adalah aset bangsa, aset semua masyarakat, tidak hanya warga Jakarta saja. Aset yang tidak hanya berarti sebagai kekayaan (fisik) publik, namun sebagai modal yang memiliki nilai tukar terhadap kebermanfaatan, bahkan perilaku, karakter, dan budaya masyarakat.
Bila ada yang menanyakan dan menunggu mahakarya Anies untuk Jakarta, inilah salah satu bentuk mahakarya tersebut. Memanusiakan manusia, menumbuhkan budaya saling menghormati. Dan yang lebih besar lagi, mempersatukan warga Jakarta yang dalam satu kepemimpinan yang bermartabat dan berbudi luhur.
Semoga kedepan semakin banyak pemimpin kita, di level kepemimpinan tingkat manapun juga yang memiliki narasi berbudi bahasa luhur seperti yang sudah dicontohkan Anies Baswedan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H