Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Belajar Menulis Lebih Baik Lagi Sebelum Menerbitkan Buku

6 Januari 2019   09:00 Diperbarui: 6 Januari 2019   09:28 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (unsplash.com/@jonasjacobsson)

Ya, memang sekarang lagi tren penerbitan mandiri (self-publishing). Banyak pula penerbit-penerbit indie yang memfasilitasi penerbitan mandiri dengan biaya yang murah.

Hanya saja, gara-gara saya membaca sebuah cerita inspirasi dari kisah hidup seorang pebisnis dunia, rencana untuk menerbitkan buku itu saya tunda dulu. Cerita itu memberi pelajaran pada saya, bahwa saya harus belajar menulis lebih baik dulu, sebelum bermimpi mencetak kesuksesan dalam hal menerbitkan buku.

***

Cerita ini dimulai di kota Almhult, sebuah kota kecil di Swedia selatan, pada awal tahun 1940-an. Seorang anak lelaki yang tumbuh berkembang di kota itu tengah asyik dengan proyek sederhananya. Dia tengah mengembangkan sebuah rencana, apabila dia membeli kotak korek api dalam jumlah besar dari Stockholm, yang berjarak beberapa jam dari kota kecilnya, dia bisa mendapatkan harga yang murah. Jika dia menjualnya kembali di Almhult dengan harga yang wajar, tentu dia akan mendapat keuntungan yang bagus.

Tak lama kemudian, anak itu menjalankan rencananya. Dia mengendarai sepeda berkeliling kota dan menjual korek api satu per satu kepada siapa pun yang membutuhkannya.

Begitu korek api mulai laku, anak itu lalu memperluas operasi pemasarannya yang mungil. Tidak lama kemudian, dia menambahkan hiasan natal, ikan, biji-bijian, pulpen dan pensil. Beberapa tahun kemudian, anak tersebut mulai menjual furnitur.

Nama bocah lelaki itu adalah Ingvar Kamprad, dan ketika berusia tujuh belas tahun, dia memberi nama bisnisnya itu IKEA. Pada 2013, IKEA menghasilkan lebih dari $ 37 miliar dolar.

***

Pelajaran yang saya dapat dari kisah hidup ini adalah; Ingvar Kamprad fokus pada mendapatkan bisnis yang baik sebelum dia mencoba menjadi besar di bisnisnya tersebut.

Kita hidup dalam masyarakat yang menghargai keterampilan, tetapi semua orang terobsesi dengan hasil. Memang mudah untuk fokus pada impian membangun bisnis yang sukses. Pengusaha mana yang tidak punya keinginan untuk memiliki bisnis yang bisa menghasilkan $37 miliar dolar setiap tahunnya?

Tapi jarang sekali ada yang fokus pada bagimana mengembangkan keterampilan yang berharga dari diri kita. Cerita perjalanan bisnis Ingvar Kamprad mengajari saya tentang hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun