Hilangnya Beatrixpark, taman Kota Malang yang indah
Pada pertengahan tahun 1920-an, seiring dengan semakin banyaknya penduduk Belanda yang datang dan kemudian menetap, pemerintah kota praja Malang merasa perlu untuk membangun lagi sebuah kolam renang di Smeroepark.Â
Yang pertama dibangun di taman olahraga/stadion. Setelah dilengkapi fasilitas kolam renang dan pemandian, Smeroepark kemudian berganti nama menjadi Beatrixpark pada tahun 1938. Ketika Jepang menyerbu masuk dan menduduki kota Malang, nama Beatrixpark diganti menjadi Tanaka Park. Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia taman ini berubah nama menjadi Taman Indrakila.Â
Tepatnya pada tahun 1952 pemerintah Kota Malang berencana merubah Taman Indrakila menjadi sebuah taman hiburan dengan beberapa fasilitas penunjang. Sekitar awal tahun 1970-an, air yang berada di kolam taman ini mulai mengering dan tidak ada penjelasan sebab air di taman tersebut mengering hingga akhirnya sekitar akhir tahun 1970-an mulai digunakan sebagai tempat expo dan pameran.
Pada tahun 1982, sekelompok pecinta seni Kota Malang mengajukan proposal untuk menggunakan Taman Indrakila sebagai pusat kegiatan seni. Wali Kota Malang saat itu, Soegiyono akhirnya memberikan ijin penggunaan Taman Indrokilo untuk kegiatan pengembangan seni, budaya, dan kelompok pecinta seni Kota Malang tersebut kemudian membentuk Lembaga Kesenian Indrakila (LKI).Â
Keberadaan Taman Indrakila akhirnya harus berakhir. Seiring dengan perkembangan kota, ada beberapa gedung atau tempat yang menurut pemerintah Kota Malang perlu dipertimbangkan untuk perombakannya. Salah satunya adalah taman Indrakila.Â
Tempat ini menurut pemerintah dinilai sudah tidak menguntungkan dan tidak bermanfaat bagi masyarakat. Dan rencananya akan di ruislag (tukar bangun) menjadi komplek perumahan dengan kompensasinya adalah dibangunnya beberapa tempat (taman) di Malang.
Era Wali Kota Soesamto memang sedang gencar-gencarnya membangun perumahan di beberapa kawasan Kota Malang. Perubahan Taman Indrakila menjadi sebuah perumahan setidaknya membawa dampak bagi kota Malang seperti dampak ekonomi, dampak ekologi dan dampak sosial baik bagi pemerintah maupun masyarakat. Sekarang, bekas lahan Smeroepark, atau taman Indrakila berubah menjadi komplek perumahan Wilis Indah yang berada tepat di belakang Museum Brawijaya.
Jika Smeroepark menghilang, taman kota lainnya di kawasan Bergenbuurt masih tetap bertahan. Bahkan cenderung semakin cantik. Merbaboepark misalnya, sekarang berubah menjadi Merbabu Family Park dan Hutan Kota Malabar.
Begitu juga dengan Slametpark yang menjadi Taman Slamet dan sering dijadikan tempat acara keluarga. Sementara Tjermeplein, saat ini menjadi taman Tjerme yang berbentuk labirin hasil kreasi Hotel Shalimar Boutique yang berada tepat di seberangnya.
Beberapa bundaran yang lain (plein) berada dijalan Besar Ijen dan berfungsi sebagai bundaran taman yang menghubungkan persilangan jalan. Idjenplein menjadi Simpang Balapan, Boeringplein menjadi Idjen Boulevard dengan monumen Pahlawan TRIP dan Smeroeplein menjadi bundaran Semeru dengan monumen Melati. Gajamplein, Wilisplein dan Oengaran Park masih tetap bertahan sebagai taman kecil penghias komplek perumahan.