“Ya tentang perempuan itu, yang parfumnya nempel di bajumu”.
“Ampun, kamu ini. Sehari nggak ngomel kenapa sih. Aku kan sudah nggak mabuk, nggak pulang subuh masih diomeli. Eh malah sekarang dicurigai main serong. Maumu apa sih Ren?”
“Mauku kamu jujur” serang Rena dengan nada ketus.
“Jujur tentang apa?”
“Tentang selingkuhanmu itu”.
“Kamu mau tahu selingkuhanku? Nih aku tunjukkan ya. Lihat baik-baik”.
Dan tanpa Rena sempat mengelak, lagi-lagi Koko mendaratkan ciuman mautnya di bibir Rena. Bau kopi khas yang memancar dari bibir Koko pun terhirup hidung Rena. Dan bisa ditebak, Rena pun kalang kabut. “Kamu....”
Serangan telak itu berhasil membungkam Rena.
“Kamu apa? Nah, sudah tahu kan siapa selingkuhanku” kata Koko polos sambil meninggalkan Rena sendiri mematung.
Malamnya, Koko sudah tertidur pulas disebelah Rena. Tapi, mata Rena tak juga bisa terpejam. Andai saja ciuman Koko bisa dihindarinya, batin Rena menyesali kelemahannya sendiri.
Rena ingin sekali menghilangkan kecemburuannya. Tetapi ia teringat dengan ucapan Bu Bambang tetangganya. Siang tadi waktu suaminya sudah berangkat kerja, Bu Bambang yang baru dari pasar berkunjung ke rumahnya. Dan setelah sedikit berbasa-basi, tetangganya itu bercerita bahwa ia melihat Koko mengantar seorang wanita yang cantik dan berkelas.