"Untuk pertemuan sifatnya sangat besar, saya ingin menyampaikan perspektif, akan ada sekitar 2.000 meetings di forum ini, Topiknya adalah membicarakan berbagai soal perekonomian dunia," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suahasil Nazara.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bali I Wayan Koster turut hadir menyampaikan antusiasmenya bersama segenap warga Bali dalam menyambut dan menyukseskan AM IMF-WBG 2018, apalagi ini akan menjadi momen yang akan membawa kemajuan bagi Indonesia, terkhusus daerah Bali yang ditunjuk menjadi tuan rumahnya.
"Kami warga Bali merasa sangat terhormat dan bangga karena Bali menjadi tempat penyelenggaraan perhelatan berskala besar seperti ini. Apalagi sebelumnya Bali sudah berpengalaman untuk acara yang sama. Oleh karena itu, sebagai sebuah daerah wisata, Bali memang sudah siap untuk menyambut jalannya AM IMF-WBG," kata Pak Gubernur yang kendati baru dilantik, namun beliau tetap menegaskan bahwa pihaknya akan mengambil langkah nyata dengan mengajak seluruh masyarakat Bali untuk mendukung acara ini dengan baik dan sukses.Â
"Terlebih, dengan pendekatan spiritual keagamaan dan tradisi yang dimiliki masyarakat Bali, diharapkan pertemuan tahunan ini akan berlangsung nyaman dan sangat aman," ucapnya.
Masih dari forum yang sama, Bambang Brodjonegoro, Menteri PPN/Kepala Bappenas RI berpendapat bahwa Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia (AM IMF-WBG) 2018 di Bali ini mempunyai misi untuk menemukan cara tepat agar negara di dunia, termasuk Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi (menengah ke atas).
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Bidang VI Dody Budi Waluyo mengatakan bahwa momen AM IMF-WBG 2018 merupakan mkmen tepat untuk menunjukkan kekuatan ekonomi Indonesia, di mana Annual Meetings ini diadakan saat tekanan pasar keuangan tinggi, bertepatan 20 tahun lepasnya negara-negara Asia dari krisis.
Menurut Pak Dody, kondisi ketidakpastian ekonomi dunia saat ini terjadi disebabkan beberapa hal, salah satunya adalah terjadi kebijakan-kebijakan normalisasi di negara maju yang relarif ke arah suku bunga yang berdampak ke negara lain, khususnya emerging country seperti Indonesia.
"Alhamdulillah posisi Indonesia masih aman," imbuhnya, karena di saat terjadinya situasi tersebut, negara-negara di dunia bekerja sama untuk mengatasi masalah global itu, baik kerja sama di regional maupun antar-regional dan negara maju.Â