[caption caption="Ilustrasi New Parents (sumber: todaysparent.com) "][/caption]
Anak adalah amanah dan karunia Allah. Ada landasan tanggung jawab yang mengiringi langkah kita mendidik dan mengasuhnya. Dalam proses itu, semua orang tua pasti ingin yang terbaik untuk sang anak. Semua orang tua pasti mendambakan agar kelak sang anak menjadi orang yang sukses, berdikari, berdaya saing, kreatif, dan berakhlak baik.
Di masa depannya nanti, sukses atau tidaknya sang anak akan dikembalikan kepada orang tuanya. Berhasilkah orang tua mencerahkan masa depan sang anak? Pertanyaan ini yang kemudian menimbulkan rasa cemas di hati orang tua.
Beberapa orang tua mengklaim diri mereka sebagai the best parents karena merasa telah berhasil mengarahkan dan mendidik anaknya dengan cara yang baik dan benar, sehingga anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, tangkas, pemberani, ceria, dan berprestasi.
Di lain pihak, sebagian orang tua merasa pesimis dan khawatir tak mampu menjadi orang tua yang bisa diandalkan oleh sang anak. Jika saya boleh jujur, sebagai seorang wanita yang baru merasakan tantangan menjadi seorang ibu selama kurang-lebih setahun sejak kelahiran anak pertama, rasa pesimis ini seringkali menghantui pikiran saya, bahkan sejak anak saya masih dalam kandungan. Saya merasa tak pantas menyandang predikat orangtua, dikarenakan minimnya kapabilitas dalam hal pengasuhan anak.
Baby blues (sering juga disebut Postpartum Distress Syndrome adalah perasaan sedih dan gundah yang dialami oleh sekitar 50-80% wanita setelah melahirkan bayinya - dikutip dari doktersehat.com) juga sempat melanda batin saya beberapa saat setelah melahirkan, ketika memandang wajah bayi kesayangan kami terlelap dalam dekapan saya. Segala bentuk kecemasan berkecamuk, diliputi rasa takut jikalau kelak kami tak mampu membahagiakan dan mewujudkan segala cita-citanya.
Sebuah Tanda Tanya Besar Tentang Masa Depan Anak
Fakta berbicara. Rasa cemas ini tak hanya melanda saya sebagai new parents (orang tua baru). Sesekali dalam beberapa obrolan dengan teman-teman sesama new parents dan parents to be (calon orang tua), mereka mencurahkan rasa yang sama: Sebentuk kecemasan berwujud tanda tanya besar akan masa depan sang anak.
Dalam sebuah obrolan via Blackberry Messenger (BBM), seorang teman saya bernama Arina, ibu muda dengan 2 anak menuturkan pengalamannya. "Anak pertama saya lahir saat usia saya boleh dikata masih sangat muda untuk memiliki anak, 20 tahun. Di usia itu, saya khawatir tak mampu meng-handle segala urusan perihal anak kami. Saking takutnya, saya terus saja kepikiran hingga daya tahan tubuh melemah. Saya sempat dirawat di rumah sakit karena ini."
Arina juga menuturkan bahwa saat itu ia sempat merasakan krisis kepercayaan terhadap suaminya sendiri. Ia takut jangan sampai kesibukan suaminya membuatnya lupa akan hak dan kewajibannya sebagai ayah. "Saya pun berinisiatif untuk membuat surat perjanjian di atas materai yang ditandatangai oleh suaminya, yang berisi pernyataan menyangkut kewajiban ayahnya untuk memenuhi hak anaknya sampai ia besar nanti sudah sanggup mencari nafkah sendiri.". Dituturkan lagi oleh Arina bahwa ia pernah berpikir untuk menyekolahkan anaknya di lingkungan pesantren yang bisa menjamin kebaikan akhlaknya, bilamana kelak mereka sebagai orang tua tak cukup mampu melakukan itu ketika saja rasa pesimis itu datang lagi tanpa diminta.
Lain lagi pengalaman teman sebangku saya saat SMA, Ningsih, yang saat ini juga sudah berstatus ibu dengan 2 orang anak, "Masa-masa awal sehabis melahirkan adalah masa terberat dalam hidup saya. Sering sekali saya merasa iba saat menatap wajah lugu anak saya ketika masih bayi, apalagi bila kami hanya berdua di kamar. Bukan hanya mengasihani anak kami, saya juga kasihan pada diri saya saat mengukur kemampuan sendiri dalam hal pengurusan anak. Sedih karena pesimis tak mampu menyokong pertumbuhan dan masa depan anak saya, terutama dari segi materi, saya merasa kekurangan karena saat itu saya belum bekerja. Karena kepikiran ini terus, saya sering menangis. Suami saya sampai berinisiatif mengajak saya ke psikiater untuk konsultasi."
Pengalaman lain dibagikan oleh kakak ipar saya, Musdalifah, yang suka saya panggil dengan sapaan Bunda Ifah. "Hal yang paling membuat saya cemas adalah ketakutan kalau saya tak mampu menjaga dan merawat anak sebagai amanah Allah ini dengan baik, karena saya pada dasarnya adalah anak manja yang semuanya serba diuruskan oleh orang lain. Bagaimana mungkin saya bisa melakukannya dengan tangan saya sendiri? Saya ragu dengan kemampuan saya", tutur Bunda dengan 1 orang anak ini.
Melihat fakta di atas, mungkin ada yang sampai bertanya-tanya: "Separah itukah tingkat kecamasan para new parents dan parents to be?"
"Mengapa mereka merasa cemas?" Jawaban pastinya: Karena menjadi orang tua adalah pengalaman baru baginya, sehingga kerap timbul rasa kikuk menghadapi sang anak. Di samping itu, gambaran ketidakpastian akan masa depan pun seolah menghantui, karena merasa tidak siap menghadapi pertarungan hidup sebagai orang tua.
Pertanyaan-pertanyaan berkelebat.
"Bisakah saya menjadi orang tua yang baik?"
"Bisakah saya mewujudkan cita-cita anak saya?"
"Bisakah saya menjamin masa depan anak saya?"
"Bisakah saya mengasuhnya menjadi pribadi yang kuat untuk menghadapi tantangan era ke depan yang lebih kompleks, lebih maju, dan penuh persaingan?"
"Bisakah saya membantunya untuk memanfaatkan segenap potensi yang dimilikinya?
"Bisakah saya membiayai sekolahnya sampai ke jenjang pendidikan tertinggi?"
dan sederet bisakah-bisakah yang lain..
Parental Movement. Saatnya Bangkit!
"We never know the love of a parent till we become parents ourselves." (Henry Ward Beecher)
[caption caption="Ilustrasi: Move On (sumber: hipwee.com)"]
Beberapa orang mungkin akan mencibir pengalaman di atas sebagai sesuatu yang lebay (berlebihan). Tapi, ketahuilah bahwa apa yang kami alami sebagai "new parents" adalah semata-mata karena naluri keibuan dan rasa sayang yang sangat besar untuk membahagiakan anak kami.
Ada benang merah yang dapat kita tarik dari beberapa cerita di atas, yaitu bahwa rasa pesimis itu sering muncul ketika kita berkaca pada diri sendiri. Saat itulah kita merasa diri ini sangat kecil untuk dititipkan tanggung jawab sebesar ini.
Ada fase galau, berarti harus ada fase bangkit. Namun untuk mencapai fase bangkit, ada titik balik yang harus kita lalui terlebih dulu. Titik balik ini seperti tombol "pause" yang memerintahkan kita berhenti bersedih demi kebaikan anak kita, menyadarkan kita bahwa kita tak boleh mengutuk diri terus-menerus. Melewatinya mungkin tak mudah, tapi biarkan waktu yang membiasakan kita berproses.
Kita harus bangkit! Bagaimana caranya? Berikut tips dari teman-teman saya yang telah melewati masa kritis tersebut.
1. Kita harus bangkit dan mulai percaya pada kemampuan kita sendiri. Yakinlah bahwa Allah tak mungkin mengamanahkan ini kepada anda jika Allah menilai anda tak layak. Bersyukurlah..
2. Berkacalah di cermin dan tatap baik-baik diri Anda. Anda tak pantas bersedih, karena bersedih hanya akan meredupkan pancaran aura bahagia yang sebelumnya selalu menghiasi wajah anda. Believe, that a little smile could call a new spirit.. Lalu, tataplah wajah anak anda baik-baik. Apakah anda yakin ingin menjadi orang tua depresi yang kerjanya hanya menangis terus-menerus? Kalau begitu, siapa yang akan memberinya makan? Siapa yang akan menyekolahkannya? Tentu tidak kan?
3. Jangan terlalu sering menyendiri. Ajaklah suami, orang tua, dan kerabat terdekat untuk ikut menemani dan memberi semangat. Jangan ragu untuk berbagi dan meminta saran dari orang-orang yang sudah berpengalaman seperti ibu, tante, atau nenek kita. Mereka yang sudah berhasil membesarkan kita tentu tau trik-trik mengasuh anak.
4. Take your "me time". Lepaskan diri sebentar dari rutinitas merawat anak. Anda mungkin jenuh. Namun, tak ada salahnya bila sesekali anda bersantai atau menghibur diri beberapa saat, melakukan hal-hal yang mungkin sudah jarang Anda lakukan saat hamil atau baru melahirkan. Anda bisa ke salon untuk spa dan relaksasi, atau ke mall untuk berbelanja barang-barang yang anda senangi atau sekedar window shopping, ke kafe untuk nongkrong dengan teman-teman, atau ke toko buku mencari sumber inspirasi. Biasanya, para ibu melakukan ini saat suami atau ibu/mertuanya ada di rumah, jadi ada orang yang bisa dipercaya untuk menjaga anak kita saat kita di luar.
5. Do not undersetimate the power of parenting literatures.
Beberapa orang tua enggan membaca buku parenting karena dianggap terlalu menggurui. Tak jarang pula didapati buku yang tanpa disangka-sangka, malah semakin memperpanjang daftar kesalahan kita dalam hal pengasuhan anak. Tapi jangan salah lho.. Sekarang sudah banyak buku panduan parenting yang menyenangkan untuk dibaca. Sejauh ini, ada 2 buku yang menjadi favorit saya. Pertama, buku karangan novelis kocak Adhitya Mulya: Parent's Stories, Membesarkan Anak Yang Berdaya. Kedua, seri buku karangan Ayah Edy yang berjudul Rahasia Memetakan Potensi Unggul Anak.
Jika kita melihat dari sudut pandang yang berbeda, ada banyak hal positif yang bisa kita dapat dari berbagai pengalaman yang dibagikan di sana. Kalau ingin lebih santai, panduan merawat dan mengasuh anak bisa kita dapat dari majalah-majalah wanita (ibu dan anak) yang disajikan dengan bahasa yang lebih fun dan mudah untuk dicerna dan dipratekkan.
6. Start to make our planning after we move on.
Masa bangkit adalah masa move on, masa di mana kita dan seluruh komponen sel yang ada dalam diri kita sepakat untuk maju ke depan, meninggalkan semua hal-hal buruk yang pernah kita alami. Saatnya optimis bahwa kita pasti bisa mengurus anak seperti orang-orang sebelum kita berhasil melakukannya. Siapa lagi yang akan diandalkan oleh anak kita selain orang tuanya sendiri?
7. Jalani semua proses dengan santai. Jadikan semua kesalahan sebagai pembelajaran untuk menjadi orang tua yang lebih baik dan lebih baik lagi untuk anak kita. Saat kita ikhlas mengintrospeksi diri, maka ke depannya akan banyak ilmu yang terserap dari pola pembiasaan yang kita terapkan setiap harinya.
Mewujudkan Cita-cita Anak, How to Help Our Children Brightening Their Future
"Berhenti bercita-cita adalah tragedi terbesar dalam hidup manusia" - Andrea Hirata
[caption caption="Ilustrasi: mewujudkan cita-cita anak (sumber: thebridges-can.com)"]
Setiap orang tua pasti punya cerita unik di balik proses pengasuhan anaknya. Teman saya Arina dan Ningsih (yang saya sebutkan di atas) mengakui bahwa perasaan depresi tersebut hanya mereka rasakan pada masa awal proses merawat anak pertama saat masih culun-culunnya menyandang peran sebagai new parents. Ketika anak kedua lahir, mereka merasa semakin mantap dan terbiasa dengan kesibukannya sebagai ibu. Pendampingan dari suami dan orang-orang terdekat juga terus menyertai, membuat mereka semakin percaya diri sebagai "the real mom".
Anak saya sendiri telah memasuki fase belajar dan adaptasi tahap awal terhadap lingkungan di usianya yang mulai menginjak 1 tahun 3 bulan. Ia mulai belajar berjalan, sesekali bergumam menirukan suara dan ekspresi orang-orang di sekitarnya, menunjukkan respon terhadap setiap tindakan yang kita lakukan terhadapnya. Sebagaimana layaknya anak seusianya, ia senang sekali bermain dan mencoba hal-hal baru. Seiring waktu berjalan, akan semakin dekatlah ia pada panggung cita-citanya.
Timbul model pertanyaan baru. Jika pada pembahasan di atas ada pertanyaan "Bisakah-bisakah?", sekarang berubah menjadi "Apa yang harus saya lakukan untuk mewujudkan cita-cita anak saya?" dan "Langkah kongkret apa yang harus saya jalankan untuk mewujudkan masa depan cerah baginya?".
Satu hal yang perlu kita ingat adalah di era yang semakin maju ini, tantangan yang akan kita hadapi ke depannya sebagai orang tua pastinya akan jauh lebih besar ketimbang apa yang pernah dihadapi oleh Bapak dan Ibu kita saat membesarkan kita dulu. Biaya sekolah yang semakin tinggi dan semakin besarnya tingkat kebutuhan hidup sehari-hari seringkali menjadi masalah yang sulit terpecahkan, apalagi mengingat pemasukan yang kadang tak sebanding dengan pengeluaran. Perlu juga kita garis bawahi kalau anak kita kelak juga akan menghadapi dunia persaingan yang jauh lebih ketat dalam hal peluang memperoleh pekerjaan dibanding dengan jaman kita sekarang. Olehnya itu, kita harus segera membangun pondasi sebagai landasan atau pijakan sang anak meraih cita-citanya.
Kita juga wajib menjadi orang tua yang bernyali mewujudkan mimpi-mimpi sang anak. Sekalipun cita-citanya bersifat absurd sekalipun, tapi bila anda yakin anak anda unggul dan capable untuk menekuni bidang tersebut, why not? Bimbing saja sang anak untuk memfokuskan diri pada bidang yang ingin digelutinya, selama itu positif dan berpotensi besar untuk mencerahkan masa depannya. Namun, tak perlu jauh-jauh, yang paling penting dan perlu kita perhatikan adalah pendidikannya? Karena pendidikanlah yang nantinya akan menunjang kapabilitas sang anak untuk berdaya saing dan bersinar.
Berbagi Tips Perencanaan Masa Depan Anak Bersama Ana Mustamin di Nangkring Kompasiana Bersama Bumiputera
Sebuah pencerahan saya dapatkan dalam sebuah acara nangkring bersama Kompasiana dan AJB Bumiputera bertema "Kekuatan Anak Bangsa - Mewujudkan Cita-cita Anak". Acara ini diadakan di Hotel Santika yang berlokasi di Jalan Hasanuddin Makassar, 27 Agustus lalu. Dalam Acara yang dipandu oleh Mas Iskandar Zulkarnaen (Asisten Manajer Kompasiana) sebagai moderator ini, hadir Ibu Ana Mustamin (Direktur SDM dan Umum AJB Bumiputera, Kompasianer) selaku pembicara yang tanpa ragu menceritakan pengalaman-pengalamannya dalam hal mengasuh dan membesarkan anak.
Kegiatan Nangkring Kompasiana bersama Bumiputera di Makassar adalah tahapan kedua dari keseluruhan rangkaian Nangkring "Kekuatan Anak Bangsa" ini. Ada 5 kota yang dipilih menjadi tempat pelaksanaan, antara lain: Yogyakarta, Makassar, Bali, Medan, dan Bandung. Khusus di Makassar sendiri, adalah "Mewujudkan Cita-cita Anak" yang menjadi tema spesialnya.
[caption caption="Mas Iskandar Zulkarnaen dan Ibu Ana Mustamin di acara Nangkring Kompasiana dan Bumiputera Makassar (27/08)"]
Acara ini tak sekedar acara ngobrol-ngobrol biasa. Di sini, selain kita diajak untuk mengenal lebih jauh tentang AJB Bumiputera 1912, para Kompasianer yang hadir juga dibuka wawasannya untuk memahami perlunya mempersiapkan masa depan anak sedini mungkin, tentu saja dengan membantunya mewujudkan cita-cita dan harapannya.
Ibu Ana Mustamin juga memaparkan bahwa ternyata beberapa orang tua terkadang masih salah kaprah dalam mengarahkan sang anak menuju masa depannya. Akan salah bila sang anak dipaksa memenuhi ambisi orang tuanya dalam hal cita-cita. Akan salah bila orang tua memaksa anak menjadi dokter, ketika sang anak sebenarnya lebih berminat menjadi arsitek.
Sebagai tips/ panduan bagi para new parents, Ibu Ana Mustamin membeberkan beberapa di antaranya, berdasarkan pengalamannya mengasuh anaknya:
1. Para orang tua disarankan sedini mungkin agar lebih jeli melihat potensi sang anak (termasuk kecenderungan otak kanan atau otak kiri), dihubungkan dengan minat/passion untuk kemudian mengasah bakat yang dimiliki sang anak. Berikan ruang sebebas mungkin untuk anak bereksplorasi menurut potensi otaknya, selama itu berdampak positif baginya. Pada waktunya nanti, berikan kebebasan pada anak untuk memilih cita-citanya sendiri. Sebagai panduan bagi sang anak, buatkan jembatan (penghubung) antara cita-cita dan pekerjaan.
2. Bila kita sudah tahu potensi dan passion sang anak, bimbing ia untuk memfokuskan diri pada bidang tersebut, agar ke depannya ia lebih terarah dan tidak plin-plan memilih profesi yang tepat untuknya. Tanamkan di benak kita bahwa imajinasi, fantasi, khayalan, dan kreativitas anak perlu diwadahi sedini mungkin.
3. Persiapkan diri sedini mungkin dalam hal finansial. Buatlah perencanaan yang baik dalam penataan spot-spot keuangan.
4. Mulailah berasuransi sebagai pondasi untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan masa depan. Sesuaikan pertanggungan asuransi dengan penghasilan. Jika pun penghasilan kecil, kita tetap bisa berasuransi, asalkan ada konsistensi dan kemauan.
Dalam acara yang juga dihadiri oleh Kang Pepih Nugraha (CEO Kompasiana) dan diikuti oleh 53 Kompasianer ini, Ibu Ana Muhaimin juga memberikan pemaparan mengenai AJB Bumiputera 1912. Turut hadir pula, stand up comedian Brata menghibur para Kompasianer dengan ocehan-ocehan konyolnya yang mampu memancing gelak tawa semua orang yang hadir di acara ini.
[caption caption="Sesi foto bersama saat Nangkring Kompasiana Bumiputera di Makassar (sumber foto: Facebook Mas Iskandar Zulkarnaen)"]
[caption caption="Penyerahan kenang-kenangan dari Kang Pepih (CEO Kompasiana) kepada ibu Ana Mustamin sebagai perwakilan dari AJB Bumiputera"]
Mahalnya Sebuah Penundaan
Kapan pondasi tersebut harus dibangun? "Sedini mungkin.. Bahkan bila perlu, sejak anak baru lahir..", jawab Ibu Ana Mustamin dengan mantap. Mengapa? Karena penundaan itu mahal. Semakin lama kita menunda untuk mempersiapkan diri, maka semakin besar angka yang akan kita tanggung di kemudian hari. Pondasi bisa kita bangun dengan cara berinvestasi mulai dari sekarang.
[caption caption="Mahalnya Sebuah Penundaan"]
Inilah yang sebenarnya bisa menjadi keuntungan bagi para "new parents". Karena, semakin muda usia kita saat menyandang status orang tua, berarti kesempatan kita lebih besar untuk mulai berinvestasi, apalagi mengingat resiko hidup yang masih sangat kecil. Usia muda boleh dikata adalah usia yang sangat produktif untuk mempersiapkan diri, saat beban hidup belum tinggi, karena kita dan anak masih sama-sama muda.
Pentingnya Mengubah Mindset Menjadi Insurance Minded
Akan berbeda kondisinya ketika kita mulai berpikir membangun pondasi (berinvestasi) di saat usia kita mulai menginjak old range yang tidak produktif lagi. Bisa dibayangkan, ketika anak kita sudah menginjak usia Sekolah Menengah Atas (SMA) atau perguruan tinggi, sementara kita sudah pensiun. Lantas, dari mana kita mendapat modal untuk melanjutkan sekolah anak-anak kita? Nah.. Kata Bu Ana Mustamin, inilah alasannya mengapa dipandang perlu mengubah cara pandang bangsa kita menjadi insurance minded. Kita butuh langkah antisipatif untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang sangat sulit ditebak.
[caption caption="Gambaran Rata-rata Kebutuhan Pendidikan yang akan terus meningkat seiring perkembangan jaman"]
Sekilas Tentang AJB Bumiputera 1912.
[caption caption="Logo AJB Bumiputera 1912 (bumiputera.com)"]
"Kita mungkin tak bisa mempersiapkan masa depan bagi anak-anak kita. Namun setidaknya kita bisa menyiapkan anak-anak kuta untuk mengahadapi masa depannya kelak." (Franklin D. Roosevelt, Mantan Presiden Amerika)
Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 merupakan perusahaan asuransi nasional terbesar di Indonesia. Mutualisme, idealisme, dan profesionalisme adalah landasan berdirinya Bumiputera yang dibangun tanpa modal tapi bersifat sebagai mutual company (perkumpulan orang), yang dimiliki dan dijalankan untuk kepentingan para pemegang polis.
Ibu Ana Mustamin menjelaskan bahwa tak ada pembeda-bedaan latar belakang maupun kelompok, entah itu dari segi ekonomi atau sosial untuk bisa berasuransi di AJB Bumiputera 1912. Berbagai produk dan layanan dihadirkan untuk memberi kemudahan berwujud solusi kepada masyarakat yang membutuhkan peranan asuransi dalam keberlangsungan kehidupannya dan keluarga. Oleh karenanya, Bumiputera tak memasang sekat antara nasabah dan para penasehat finansialnya, demi menghindari timbulnya ketidaknyamanan atau kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
Bumiputera berkantor di seluruh Indonesia, sehingga lebih memudahkan nasabah mengajukan klaim.
AJB Bumiputera bisa dibuka & dilanjutkan di cabang manapun manapun,tanpa batasan wilayah.
[caption caption="Sederet nama pemegang polis AJB Bumiputera 1912"]
Bumiputera adalah produk anak bangsa yang tak hanya berfokus pada ekonomi saja. Saat ini, Bumiputera memiliki 3 anak perusahaan yang juga bergerak di bidang jasa pelayanan masyarakat, diantaranya: PT. Bumiputera Wisata, PT. Informatic OASE, dan PT. Bumiputera Mitrasarana. Selain itu, Bumiputera juga memiliki 2 badan penyertaan, yaitu PT. Bapindo Bumi Sekuritas dan PT. Bumiputera - BOT Finance.
Berbagai penghargaan telah diraih oleh perusahaan asuransi yang sudah berdiri dan berkembang selama lebih dari satu abad melayani kebutuhan mendasar masyarakat ini. Beberapa di antaranya yang baru saja diraih di tahun 2016 ini adalah dinobatkan sebagai Top Brand Award 2016 kategori Asuransi Jiwa pada bulan Januari. Pada Februari 2016, AJB Bumiputera 1912 juga berhasil meraih Unit Link Award 2016 untuk kategori BP Link Dana Prestasi IDR dan kategori BP Link Dana Likuid IDR dengan Predikat Sangat Bagus. Penghargaan yang terbaru adalah Indonesia Digital Popular Brand Award 2016 untuk kategori Asuransi pada bulan Juni 2016.
Sejarah AJB Bumiputera 1912
[caption caption="Sejarah Berdirinya AJB Bumiputera 1912"]
AJB Bumiputera didirikan di Magelang pada Oktober 1912 dan diprakarsai Mas Ng. Dwidjosewojo (Sekretaris Pergerakan Pemuda Boedi Oetomo 1908), Mas K.H. Soebroto, M. Adimidjojo. Ketiganya sepakat mendirikan perusahaan asuransi pada saat itu dengan nama Onderlinge Levensverzekering Maatshcappij Persatuan Goeroe-Goeroe Hindia Belanda (O.L. Mij PGHB). Seperti dijelaskan sebelumnya, perusahaan ini didirikan tanpa modal usaha sama sekali, dimiliki oleh pemegang polis, dan bersifat mutual (dari rakyat untuk rakyat) dengan tujuan melayani kebutuhan masyarakat yang ingin mengasuransikan pendidikan anaknya agar lebih terjamin masa depannya.
Pada tahun 1918 di bulan Februari, Bumiputera melaksanakan rapat pertamanya di Semarang. Nama O.L.Mij PGHB lalu disingkat menjadi O.L.Mij.
AJB Bumiputera pernah mengalami perpindahan kantor perusahaan, yaitu di Yogyakarta pada tahun 1921, dan selanjutnya mulai berpusat di Jakarta sejak tahun 1958. Nama AJB Bumiputera 1912 mulai dipatenkan menjadi nama perusahaan (menggantikan O.L.Mij) pada tahun 1966. Kantor yang menjadi saksi berdirinya O.L.Mij di Magelang kini telah dijadikan Gedung Museum AJB Bumiputera 1912, tonggak sejarah berdirinya sebuah perusahaan asuransi nasional terbesar di Indonesia.
Produk Asuransi Pendidikan AJB Bumiputera 1912
Ada berbagai macam produk yang ditawarkan AJB Bumiputera untuk menunjang keberlangsungan proses anak untuk bisa menuntut ilmu di bangku sekolah dari taman kanak-kanak hingga ke jenjang perguruan tinggi. Sebagai new parents, penawaran ini tentunya sangat recommended karena beberapa keunggulan yang dimilikinya, diantaranya: Mitra Beasiswa, Mitra Cerdas, dan Mitra Iqra AJB Plus.
Mitra Beasiswa AJB Bumiputera 1912
[caption caption="Ilustrasi Program Mitra Beasiswa AJB Bumiputera 1912"]
Bagi Anda para new parents yang sering risau dengan keberlangsungan pendidikan anak, Mitra Beasiswa bisa menjadi solusi. Mitra Beasiswa memberi jaminan biaya pendidikan (dalam Rupiah) dan perlindungan asuransi mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, terlepas dari fluktuasi biaya pendidikan.
Mitra Beasiswa memastikan anak-anak Anda tetap mendapatkan uang berupa beasiswa (jaminan pendidikan) untuk menunjang kelanjutan pendidikan mereka secara bertahap sesuai jenjang yang dilalui sang anak, hingga mereka lulus, bahkan jika orang tua mereka meninggal dunia. Dana Beasiswa akan dibayarkan pada saat periode asuransi berakhir.
[caption caption="Manfaat Asuransi Pendidikan Mitra Beasiswa AJB Bumiputera 1912"]
Bagi anda yang berusia 21 tahun atau telah menikah, sudah bisa menjadi pemegang polis asuransi Mitra Beasiswa AJB Bumiputera 1912. Asuransi ini memiliki batas masa pertanggungan 2 sampai 17 tahun, dan preminya dapat dibayar secara keseluruhan, dengan sistem angsuran per tahun, setiap enam bulan sekali, atau tiga bulan sekali (bumiputera.com). Dengan demikian, kita bisa segera menyingkirkan kegalauan yang dipicu rasa khawatir akan masa depan anak dalam hal pendidikan. Mitra Beasiswa akan memberi ketenangan bagi para new parents dan parents to be yang merisaukan hal ini.
Â
Mitra Cerdas
[caption caption="Ilustrasi Program Mitra Cerdas AJB Bumiputera 1912 (bumiputera.com)"]
Anda pernah merasa khawatir jika sewaktu-waktu tanpa diduga, biaya pendidikan anak Anda naik lebih cepat dari nilai angka tabungan yang Anda persiapkan untuk pendidikan anak?
Mitra Cerdas AJB Bumiputera hadir sebagai solusi pemecahan berbentuk investasi bagi Anda yang khawatir akan masalah tersebut, karena di Mitra Cerdas, dana pendidikan (dalam Rupiah) yang telah dialokasikan akan meningkat dan berkembang sejalan dengan hasil investasi, sehingga lebih kompetitif seiring perkembangan jaman. Kenaikan biaya pendidikan pun tak akan jadi masalah.
Jika pada umumnya asuransi pendidikan hanya menawarkan proteksi dan tabungan, Mitra Cerdas AJB Bumiputera 1912 memberi peluang bagi para nasabahnya untuk memperoleh hasil investasi yang berimbang dengan besaran nilai premi yang dibayarkan.
Dari segi keuntungan, Mitra Cerdas menawarkan Dana Kelangsungan Belajar (DKB) yang nantinya akan dibayarkan secara bertahap sesuai dengan tingkatan usia anak yang tertanggung. Mitra Cerdas juga memberikan jaminan perolehan hasil investasi sebesar 4,5% per tahun dari akumulasi premi tabungan. Selain itu, nasabah akan memperoleh tambahan hasil investasi jika dana investasi yang diperoleh AJB Bumiputera 1912 melebihi hasil investasi yang dijaminkan pada poin.
[caption caption="Manfaat Asuransi Pendidikan Mitra Cerdas AJB Bumiputera 1912"]
Bagi Anda yang berusia minimum 21 tahun dan maksimum usia saat mulai asuransi ditambah masa asuransi adalah 65 tahun, Anda berhak menjadi Tertanggung pada program Mitra Cerdas AJB Bumiputera 1912, dengan batas masa asuransi 3 sampai 17 tahun. Biaya pertanggungan yang harus dibayarkan untuk setiap polis adalah minimum Rp 100.000.000 (seratus juta Rupiah). Premi dapat dibayarkan dalam Rupiah, yang bisa dibayar sekaligus atau dengan sistem angsuran pertahun, setiap 6 bulan sekali, atau 3 bulan sekali (sumber: bumiputera.com)
Mitra Iqra Plus AJB Bumiputera 1912
[caption caption="Ilustrasi Mitra Iqra Plus AJB Bumiputera 1912, sebuah program asuransi pendidikan anak berbasis syariah"]
Untuk memenuhi kebutuhan nasabah, Bumiputera juga menghadirkan program Mitra Iqra Plus AJB Bumiputera 1912 yang didesain khusus dengan menggunakan prinsip syariah sebagai landasannya memberikan asuransi perlindungan bagi keberlangsungan pendidikan anak. Mitra Iqra membiayai perlindungan dan pendidikan anak (dalam mata uang Rupiah), mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, baik dalam keadaan kedua orang tua masih hidup atau telah meninggal dunia.
Lagi-lagi kecemasan para new parents akan segala hal yang ditakutkan terjadi ke depannya bisa terjawab di sini. Kebutuhan akan pemenuhan pendidikan anak dan peningkatan biaya pendidikan yang terus melambung mengikuti jaman tentunya menimbulkan kekhawatiran. Apalagi, pada kenyataannya tak ada yang bisa meramalkan masa depan. Apakah nanti saat anak kita berkuliah, kita masih bisa membiayainya?
Sedini mungkin, mulailah menabung secara teratur melalui program Mitra Iqra AJB Bumiputera 1912. Sebagai nasabah, kita dapat meningkatkan dana untuk pendidikan anak Anda sejak awal dengan menabung sebagian dari pendapatan secara teratur. Dana yang telah dialokasian tersebut akan dikelola dengan prinsip syariah oleh Mitra Iqra AJB Bumiputera 1912.
Untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang berbagai program asuransi yang ditawarkan AJB Bumiputera 1912, silahkan menghubungi kantor-kantor AJB Bumiputera 1912 di kota Anda.
***
Anak adalah aset keluarga dan bangsa. Ketika ia mampu menggali potensi dan mimpi-mimpinya, itulah sumber kebahagiaan kita sebagai orang tua. Bukan tak mungkin pula, ia akan bisa bersinar pada generasi yang dilaluinya kelak untuk memajukan bangsa dengan kekuatannya sendiri.
Keberhasilan itu tak akan lepas dari peran orang tua yang dengan segenap perhatian yang dicurahkannya, mampu mengantarkan sang anak pada gerbang impiannya. Namun, sekarang yang perlu kita pertanyakan pada diri kita sebagai orang tua adalah: Sudah siapkah kita untuk itu?
Penjelasan tentang AJB Bumiputera di atas diharapkan dapat menjadi solusi yang dapat menjawab keresahan para new parents dan parents to be akan masa depan menyangkut bagaimana cita-cita anak bisa diwujudkan, dan seperti apa sebaiknya kita menyeleksi perusahaan asuransi di tengah maraknya tawaran asuransi pendidikan bagi anak dan keluarga.
Jika kita dapat menarik kesimpulan dari berbagai ulasan di atas, tentunya poin-poin manfaat asuransi dan pentingnya membangun pondasi sedini mungkin bisa menjadi titik perhatian kita. Jangan menunda-nunda lebih lama lagi untuk mulai berinvestasi demi masa depan anak-anak tersayang.
Tunggu apa lagi? Yuk segera ke kantor AJB Bumiputera 1912 di kota Anda..
Informasi lebih lanjut, kunjungi:
website www.bumiputera.com
twitter @ajb_bumiputera
 ***
sumber gambar utama: www.todaysparent.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H