Pengalaman lain dibagikan oleh kakak ipar saya, Musdalifah, yang suka saya panggil dengan sapaan Bunda Ifah. "Hal yang paling membuat saya cemas adalah ketakutan kalau saya tak mampu menjaga dan merawat anak sebagai amanah Allah ini dengan baik, karena saya pada dasarnya adalah anak manja yang semuanya serba diuruskan oleh orang lain. Bagaimana mungkin saya bisa melakukannya dengan tangan saya sendiri? Saya ragu dengan kemampuan saya", tutur Bunda dengan 1 orang anak ini.
Melihat fakta di atas, mungkin ada yang sampai bertanya-tanya: "Separah itukah tingkat kecamasan para new parents dan parents to be?"
"Mengapa mereka merasa cemas?" Jawaban pastinya: Karena menjadi orang tua adalah pengalaman baru baginya, sehingga kerap timbul rasa kikuk menghadapi sang anak. Di samping itu, gambaran ketidakpastian akan masa depan pun seolah menghantui, karena merasa tidak siap menghadapi pertarungan hidup sebagai orang tua.
Pertanyaan-pertanyaan berkelebat.
"Bisakah saya menjadi orang tua yang baik?"
"Bisakah saya mewujudkan cita-cita anak saya?"
"Bisakah saya menjamin masa depan anak saya?"
"Bisakah saya mengasuhnya menjadi pribadi yang kuat untuk menghadapi tantangan era ke depan yang lebih kompleks, lebih maju, dan penuh persaingan?"
"Bisakah saya membantunya untuk memanfaatkan segenap potensi yang dimilikinya?
"Bisakah saya membiayai sekolahnya sampai ke jenjang pendidikan tertinggi?"
dan sederet bisakah-bisakah yang lain..