Oleh : Primanasa
Sembari duduk di  beranda
Membasmi hampa yang mendera
Daun tergiring angin, tiada mengetahui hulu hilirnya
Berlalu bersama datangnya nestapa
Fajar terasa syahdu mendekapku
Bagai pelukmu kala dulu
Menggetarkan seluruh kalbu
Bersama isak yang t'lah lama terbelenggu
Raga kian kepayahan saat mentari bersua
Memandang semburat jingga yang beradu dengan cakrawala
Indah bagai aksa yang t'lah sirna
Mengapa terasa nyata?
Andai bisa mengulang masa
Andai suaramu terpendam menghiasi memori kepala
Kan kubiarkan rasa menerima
Kehadiranmu saban hari kala netra terjaga
Kian hari, setiap pagi terasa pilu
Terbelenggu menahan rindu
Tersesat dalam benak yang keliru
Nyatanya aku sungguh mencintaimu
Kuningan, 26 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H