Namaku Indah. Â Orang tuaku memberikan nama dengan kata itu pasti diiringi keinginan untuk memiliki anak yang indah. Â Bukan hanya fisik tetapi juga hati.
Harapan orang tuaku rasanya benar-benar terwujud. Â Aku benar-benar tumbuh menjadi anak, gadis, kemudian menjadi wanita yang indah. Â Untuk itu, aku sangat bersyukur.
Sayangnya nasibku tidak seindah nama dan rupaku. Â Kehidupan cintaku gagal. Â Satu-satunya orang yang kucintai meninggalkan aku. Â Ia memilih wanita lain. Â Dan wanita lain itu jauh dari kata indah.
Patah hati? Iyalah! Hidup seperti berhenti. Tak ada yang salah katanya ketika kutanya mengapa meninggalkan aku. Â Lalu bagaimana caranya aku memperbaiki diri jika aku tak tau salahku.
Setelah menguras setiap apa yang kumiliki, akhirnya aku berhasil menyelesaikan hubungan ini.
Pelan pelan aku bangkit. Â Kubangun link baru di kehidupanku. Â Kubangun karierku hingga seperti sekarang.
Udara panas berangin, berbalut kebaya bali aku bersantai di atas bale bale di tepi sebuah kolam renang. Â Airnya yang kebiruan membentang di hadapanku.
Sudah tiga hari aku berada di villa mewah ini. Â Bersama ketiga sahabatku. Â
Aku sedang menunggu ketiga sahabatku ketika seorang lelaki masuk ke dalam pekarangan. Dari kejauhan kupandangi lelaki itu. Â Ada yang berbeda dari biasanya.
Tidak seperti tour guide yang lain, lelaki terlihat luwes dan bersahaja dalam balutan pakaian daerah. Â Sarungnya terpasang rapi dan terlihat matching dengan kemeja dan sabuknya.
Lelaki itu menghampiriku dengan rasa percaya diri yang tinggi. Â