Mohon tunggu...
Priesda Dhita Melinda
Priesda Dhita Melinda Mohon Tunggu... Guru - Ibu dari 2 orang anak perempuan dan juga seorang guru yang ingin terus belajar

Contact : 08992255429 / email : priesda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dia Itu Suamiku

22 Februari 2018   10:01 Diperbarui: 22 Februari 2018   10:10 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: solo.tribunnews.com

****

Hari ini aku putuskan untuk mengikuti suamiku menggunakan taksi. Aku penasaran sekali. Suamiku mengendarai mobilnya menuju ke kantornya. Lega hati ini. Baiklah aku tunggu sampai nanti siang. Lho belum waktunya istirahat kenapa dia sudah keluar lagi, mau kemana dia ? Aku meminta supir taksi untuk mengikutinya lagi. Mobilnya berhenti di sebuah cafe dan dia berjalan ke dalamnya. Diam-diam aku mengikuti dari belakang. Dia duduk di bangku paling pojok, aku duduk di tempat yang dapat mengawasinya. Dia terlihat seperti menunggu seseorang. Hmm... mungkin dia sedang menunggu kliennya.

Tak lama seorang perempuan cantik datang, suamiku terlihat sumringah. Dia mencium pipi kanan kiri wanita itu. Kaki ini terasa lemas. Aku mengelus perut besarku. Ada tendangan halus dari dalam, seolah ia mengatakan "sabar ya mama". Aku tak mau menangis, aku mencoba menguatkan hatiku melihat kenyataan ini. Aku perhatikan saja dulu gerak-gerik mereka.

Aku putuskan menghampiri mereka saat mereka sedang asyik bersenda gurau.

"Hai mas Dani, apa kabar ? Waahhh... ini istrinya ya ?" kataku pada suamiku, aku pura-pura tidak kenal dengannya. Aku mencoba menahan marahku.

Suamiku terlihat gugup dan panik saat melihatku. Ia tak menjawab pertanyaanku.

"Bukan istri kok mbak, tapi calon istri" kata perempuan itu sambil tersenyum. Dia yang menjawab pertanyaanku. Ingin sekali rasanya aku tampar pipinya dan kutarik rambut panjangnya lalu ku tendang bokongnya.

"Hooo, begitu. Selamat ya. Aku pergi dulu ya, selamat bersenang-senang" kataku sambil berlalu. Terlihat perempuan itu tersenyum padaku. Aku berjalan agak kesusahan karena perut besarku ini. Aku berusaha untuk tegar dan tidak menangis.

"Tania tunggu" suamiku memanggilku dan berlari ke arahku. Ia menarik tanganku dan memelukku. Aku berusaha untuk melepasnya, tapi tenaganya lebih kuat daripadaku.

"Maafkan aku Tania. Aku khilaf. Dia... dia... hanya temanku" katanya sambil menangis. Aku melihat perempuan itu bingung, namun ia segera berjalan ke arah kami.

"Dani, siapa perempuan ini ?" tanyanya pada suamiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun