Pretty Aziza
Pembangunan berkualitas adalah fondasi bagi terciptanya masyarakat yang sejahtera, mandiri, dan berdaya saing di era globalisasi. Di tengah perubahan zaman yang semakin dinamis, penguatan sumber daya manusia (SDM) menjadi keharusan strategis bagi Indonesia. Namun, bagaimana cara mewujudkannya? Berikut penjabarannya.Â
Menurut teori Human Capital yang dikemukakan oleh Gary Becker, SDM adalah salah satu modal terpenting bagi pembangunan ekonomi dan sosial. Kualitas SDM mencakup kompetensi, keterampilan, dan karakter yang dapat meningkatkan produktivitas dan inovasi. Dalam konteks ini, investasi pada pendidikan, pelatihan, dan kesehatan SDM memiliki efek multiplier terhadap keberlanjutan pembangunan.
Di era Revolusi Industri 4.0, konsep adaptive human capital semakin relevan. SDM tidak hanya harus terampil secara teknis, tetapi juga memiliki kemampuan beradaptasi dengan teknologi, berpikir kritis, dan bekerja secara kolaboratif.
Meskipun Indonesia memiliki bonus demografi yang menjanjikan, kualitas SDM kita masih menjadi perhatian. Berikut adalah beberapa fakta yang menunjukkan tantangan tersebut:
Indeks Pembangunan Manusia (IPM):
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, IPM Indonesia berada di angka 73,77. Sementara berdasarkan United Nations Development Programme (UNDP) diketahui nilai Human Development Index (HDI) Indonesia pada tahun 2022 adalah sebesar 0,713. Angka ini masih tertinggal dibandingkan negara-negara serumpun seperti Malaysia (0,807) atau Singapura (0,949). Tentunya kita masih ingat bahwa Indonesia jauh lebih dulu merdeka daripada Malaysia dan Singapura. Tetapi kemajuan pertumbuhan dan pembangunan manusianya, Indonesia justru tertinggal. Â ÂMismatch Kompetensi:
Sebuah studi menunjukkan bahwa pada tahun 2022 sekitar 32,5% tenaga kerja Indonesia mengalami ketidakcocokan vertikal, dimana menunjukkan sebagian besar pekerja berpendidikan tinggi atau kurang berpendidikan untuk pekerjaan mereka saat ini. Studi ini juga mengungkapkan bahwa 42,85% pekerja tidak memiliki status pendidikan yang diperlukan (mismatch). Distribusi ini menunjukkan bahwa sejumlah besar pekerja tidak cocok dengan persyaratan pekerjaan mereka. Hal ini menjadi hambatan bagi efisiensi dan produktivitas nasional.Ketimpangan Akses:
Akses pendidikan berkualitas dan pelatihan keterampilan sering kali tidak merata, terutama di daerah tertinggal. Akibatnya, potensi SDM di daerah belum tergali secara optimal.
Solusi: Strategi Penguatan SDM
Untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan langkah konkret yang terintegrasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diterapkan:
1. Meningkatkan Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Berbasis Keterampilan